15 Baju Adat Jogja dari Anak-anak hingga Dewasa

15 Baju Adat Jogja dari Anak-anak hingga Dewasa

Noris Roby Setiyawan - detikJateng
Minggu, 04 Jun 2023 12:36 WIB
Choirudin (71) adalah perajin blangkon di sentra industri blangkon Beji, Sleman, Yogyakarta. Blangkon produksi tempat ini dipakai pihak kraton, pejabat hingga artis.
15 Baju Adat Jogja dari Anak-anak hingga Dewasa. Foto:Detikjateng
Solo -

Tak hanya terkenal dengan kuliner dan tempat wisatanya saja, Jogja juga punya baju adat yang menarik untuk diketahui. Baju adat adalah pakaian resmi atau khas daerah.

Pada umumnya baju adat dikenakan untuk momen-momen tertentu misalnya upacara adat, pernikahan, bahkan upacara kematian. Lantas apa saja baju adat Jogja?

Berikut ini 15 baju adat Jogja, dikutip dari buku Album Pakai Tradisional Yogyakarta oleh A.M. Hidayati (1992), buku Pakaian Adat Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Dr. H.J. Wibowo, Supanto, Pramono, Moeljono, BA (1990), dan laman Binus University, Senin (22/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

15 Baju Adat Jogja

1. Baju Ageng

Pakaian ada ini terdiri dari jas laken berwarna hitam disertai dengan motif berwarna emas pada bagian pinggir dan bagian tengah bermotif keris serta batik. Selain itu pakaian ini juga dilengkapi dengan celana berwarna hitam yang cara pemakaiannya dengan dililitkan kain batik. Pakaian ini biasanya digunakan oleh pejabat keraton yang tengah menjalani tugas.

Para pejabat keraton juga akan mengenakan topi memanjang sepanjang 8 cm dengan warna keemasan ketika mengenakan pakaian ageng. Selanjutnya sebagai pelengkap turut mengenakan sepatu berwarna keemasan yang membuat pakaian yang dikenakan menjadi terlihat mewah.

ADVERTISEMENT

2. Kebaya Yogyakarta

Kebaya ini menjadi salah satu ikon dari Yogyakarta. Jika dilihat secara sekilas kebaya ini nampak seperti kebaya pada umumnya hanya saja kebaya Yogyakarta menggunakan kain beludru dan cenderung berwarna hitam.

3. Surjan

Surjan adalah pakaian khas Jogja berupa lurik atau model kemeja berlengan panjang. Dengan tekstur kain tebal dengan motif vertikal, berwarna gelap dan dilengkapi kancing. Seiring perkembangan motif lurik dalam surjan tidak sebatas membujur saja, namun juga menggunakan motif kotak-kotak sebagai kombinasi antara vertikal dan horizontal. Pada umumnya pakaian ini dikenakan oleh kaum pria.

4. Sikepan Alit

Perangkat pakaian ini terdiri dari kain batik sawitan, baju hitam dari bahan laken dengan kancing dari tembaga atau kuningan yang disepuh emas, jumlahnya sebanyak 7 hingga 9 buah. Mengenakan tutup kepala desta, keris model gayaman, diletakan di pinggang sebelah kanan belakang. Pakaian sikepan alit dikenakan oleh abdi dalem keraton untuk keperluan sehari-hari misal bepergian maupun sebagainya.

5. Langenarjan

Pakaian ini merupakan seperangkat pakaian dengan perlengkapan kain batik, baju bukakan yang juga dibuat dari bahan laken berwarna hitam. Penutupnya menggunakan kancing hitam sebantak sebuah, perhiasan berupa kancing hitam tiga buah dipasang pada kiri kanan tutupan rompi putih atau hitam dengan kancing empat buah. Pada umumnya pakaian ini dikenakan oleh abdi dalem ketika menghadiri jamuan atau pertemuan.

6. Pakaian Tedhak Siti

Pakaian ini diprioritaskan untuk dikenakan oleh anak-anak wanita yang baru saja mengalami haid atau datang bulan pertama kali dan wanita dewasa yang menghadiri acara ini. Pakaian ini terdiri dari bagian bawah kain batik tulis latar putih dan bagian atas dalam semekan batik dan bagian luarnya baju kebaya pendek.

7. Pakaian Tetesan

Upacara tetesan adalah upacara yang secara khusus dilakukan untuk memperingati seorang anak wanita menuju dewasa, yaitu anak usia 5-10 tahun. Tetesan dilakukan di sebuah kamar yang telah dilengkapi dengan berbagai peralatan dan perlengkapan khusus. Seorang anak yang akan ditetesi mengenakan kain kebaya atau tanpa baju, tetapi bila tanpa baju, dikenakan kain cindhe lengkap dengan ikat pinggang dan slepe model sabuk wala. Perhiasan kalun susu dan gelang kana dari bahan emas, tanpa alas kaki.

8. Pakaian Pinjung

Pinjung berarti ujung kain yang berbentuk segitiga yang diambil dari kain bagian dalam sebagai hiasan penutup dada. Pakaian ini terdiri dari kain cindhe, lonthong bludiran, kamus bludiran, cathok dari emas, udhet cindhe, perhiasan yang dikenakan berupa subang, kalung susun tiga, gelang kana, slepe, cundhuk petat di atas sanggul, ceplok bros di parang tengah sanggul dan peniti renteng.

Pakaian Pinjung dikenakan ketika akan menghadiri upacara pinjung maulai dari haid pertama kali kira-kira puteri yang berusia 11-14 tahun. Pakaian ini sebenarnya merupakan pakaian remaja putri sehari-hari di dalam keraton.

9. Pakaian Supitan

Pakaian supitan atau khitanan adalah pakaian yang diperuntukkan untuk dikenakan oleh anak laki-laki yang akan menjalani supit. Pakaian ini terdiri dari kain cindhe , untuk bagian bawah, sedangkan bagian atasnya rasukan behdaya gombyok dilengkapi dengan tutup kepala berbentuk surban yang dinamakan puthut.

10. Pakaian Pengantin Agustusan

Busana ini mulanya merupakan sebuah tradisi Istana Yogyakarta yang disebut dengan tradisi busana agustusan. Disebut sebagai busana Agustusan dikarenakan pakaian ini pada masa lalu dipergunakan oleh putra-putri raja ketika berkunjung ke Gubernur. Perkembangan selanjutnya pakaian ini menjadi pakaian pengantin yang digunakan oleh golongan menengah di luar keraton.

11. Pakaian Semekan

Pada dasarnya pakaian semekan adalah bagian dari beberapa jenis busana putri yang ada dalam istana sultan. Ada jenis busana ube-ubed, busana semekan, busana kampuhan dan busana rasukan. Semekan sutera akan dipakai oleh wanita yang sudah menikah dan menghadiri acara upacara khusus. Sementara semekan blak-blakan biasanya digunakan oleh wanita yang belum menikah.

12. Pakaian Kematian

Untuk menghadiri upacara kematian, biasanya laki-laki mengenakan beskap hitam, destar, kain batik gelap, dan alas kaki selop. Sementara wanita tidak boleh mengenakan perhiasan dan baju bermotif.

13. Pakaian Pranakan

Pakaian Pranakan adalah pakaian yang akan dikenakan oleh kaum pria ketika akan memasuki Makam Astana Imogiri dan Kotagede. Pakaian ini terdiri dari destar, kain batik latar hitam motif bervariasi tetapi bukan motif parang, baju surjan dari kain lurik dan tanpa alas kaki dan tanpa keris.

14. Pakaian Kencongan

Pakaian Kencongan adalah busana adat untuk anak laki-laki di Jogja. Kencongan seperti surjan hanya saja untuk anak laki-laki dengan warna yang terlihat lebih terang. Biasanya kencongan memiliki aksesoris seperti selendang dan ikat pinggang.

15. Pakaian Sabukwala Padintenan

Apabila kencongan merupakan pakaian adat untuk anak laki-laki, maka Sabukwala Padintenan adalah pakaian adat anak perempuan. Busana ini terlihat seperti kebaya pada umumnya akan tetapi di Jogja berupa kebaya katun yang dipasangkan dengan batik bermotif parang atau bulatan.

Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads