Memilih menyelenggarakan pernikahan menggunakan adat Jawa jadi salah satu bentuk melestarikan kebudayaan di Indonesia. Dalam adat Jawa, pernikahan merupakan sesuatu yang sakral, sehingga banyak ritual-ritual yang memiliki makna baik didalamnya.
Dalam ritual temu manten biasanya terdapat hiasan kembar mayang yang dibentuk dengan begitu indah. Namun, tak sekadar hiasan, ternyata kembar mayang memiliki makna dan filosofi yang mendalam bagi calon pengantin.
Pengertian Kembar Mayang
Dikutip dari jurnal berjudul 'Kembar Mayang Dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Jawa (Tinjauan Filosofis)' karya Duwi Oktaviana dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja, kembar mayang adalah hiasan yang terdiri dari janur dan daun yang dirangkai dengan bunga potro menggolo dan bunga pudak. Hiasan tersebut dibentuk dengan menggunakan batang pisang sebagai alat pendukung elemen yang digunakan untuk merakit Kembar mayang. Bentuk Kembar mayang termasuk seni dekorasi dalam adat pernikahan Jawa
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian lainnya dari kembar mayang yaitu semacam buket dari daun kelapa yang masih muda atau biasa disebut dengan janur yang digabungkan dengan beberapa jenis dedaunan dan bunga mayang. Kembar mayang berjumlah dua buah dengan bentuk dan isi yang sama.
Kembar mayang melambangkan mekarnya bunga pinang, dimana makna yang terkandung di dalamnya adalah mengantarkan seseorang pada kehidupan baru di dalam masyarakat sehingga diharapkan orang yang bersangkutan dapat berbakti kepada masyarakat.
Bagian-bagian Kembar Mayang
Dikutip dari sumber yang sama, kembar mayang tersusun atas tiga unsur, yaitu dedaunan, janur, dan bunga. Unsur dedaunan terdiri atas daun beringin, daun alang-alang, daun cikra-cikri, puring, lancuran, dan daun emas. Semua daun dalam unsur dedaunan ini dikenal dengan istilah daun apa-apa. Unsur janur terdiri atas dari untiran, keris, pecut-pecutan, kupat luar, dan walang-walangan. Sedangkan unsur bunga terdiri atas kembang pundak atau bunga pandan putih yang harum dan kembang potro menggolo atau bunga merak warna merah atau orange. Kembar mayang juga selalu didampingi dengan kelapa hijau yang diberi lobang kemudian dihiasi janur yang berbentuk terompet atau clorot.
Makna dan Filosofi Kembar Mayang
Adanya kembar mayang dalam acara pernikahan adat Jawa tentu bukan tanpa sebab. Rangkaian kembar mayang mempunyai makna sebagai lambang suatu kehidupan. Khususnya dalam hal perkawinan adanya kembar mayang adalah sebagai saksi peristiwa, penangkal dan penjaga dari adanya mara bahaya.
Kembar mayang sebagai penjaga mempunyai makna menyerap kebaikan dan menolak kejahatan dari segala penjuru arah. Kembar mayang juga memiliki makna sebagai penangkal dikarenakan ada kaitannya dengan penggunaan kelapa hijau yang airnya dikenal sebagai penangkal racun di dalam tubuh. Kembar mayang yang selalu dihadirkan berpasangan memiliki maksud bahwa perwujudan bentuknya adalah sama tetapi bukan dalam artian jantan dan betina.
Peletakan kembar mayang selalu dalam jajaran kiri dan kanan sebagai lambang bahwa segala hal yang jujur, suci, dan baik diletakkan di sebelah kanan, sebaliknya, segala hal yang buruk, bohong, dan batil selalu diletakkan di sebelah kiri pasangan pengantin.
Sehingga dalam kehidupan masyarakat Jawa, kembar mayang mempunyai makna filosofis yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sip/sip)