Tradisi Kupatan Gebyar Festival Budaya Bulusan di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hari ini berlangsung meriah. Ratusan warga berebut gunungan yang dikirab dalam tradisi yang digelar tiap sepekan usai Idul Fitri itu.
Pantauan detikJateng di lokasi, Sabtu (29/4), ratusan warga memadati jalan masuk ke Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, sejak pagi. Banyak pula pedagang kaki lima di sepanjang jalan menuju punden Makam Mbah Dudo.
Acara tradisi semakin meriah karena ada festival kirab. Ada sembilan peserta perwakilan dari masing-masing RT di RW 5 Desa Hadipolo. Peserta kirab membawa gunungan hingga berpakaian adat khas Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu peserta kirab dari RT 2 menampilkan visualisasi tentang melestarikan bulus atau kura-kura kecil. Mereka membawa ikon bulus hingga punden Mbah Dudo dan mengajak warga melestarikan bulus di Dukuh Sumber.
Sementara itu gunungan yang berisi hasil panen warga didoakan terlebih dahulu lalu diperebutkan warga.
![]() |
Lalu Ketua Panitia Tradisi Bulusan menyerahkan sejumlah ketupat ke juru kunci makam Mbah Dudo. Ketupat itu secara simbolis diberikan kepada bulus. Tradisi itu disebut memberi makan bulus. Bulus itu konon santri mbah Dudo yang terkena sabda Sunan Muria.
Ketua RW 5 Mursidi mengatakan tradisi yang dilestarikan masyarakat Desa Hadipolo ini digelar tepat tanggal 7 Syawal.
"Tradisi Bulusan sudah turun temurun nenek moyang kita, kita harus nguri-nguri untuk meramaikan bersama," kata Mursidi yang juga ketua panitia acara saat ditemui di dekat makam Mbah Dudo, Sabtu (29/4/2023).
"Tradisi memberi makan bulus itu setiap setahun sekali. Itu wajib harus dikasih makan ketupat, dulu waktu pertama kali memberi makan sudah sampai sekarang," sambung Mursidi.
Menurut dia, bulus itu dulunya santri Mbah Dudo yang masih bekerja di sawah hingga petang saat bulan Ramadan. Sunan Muria kebetulan melewati sawah itu dan penasaran dengan suara gemercik seperti bulus.
"Dulunya di sini Mbah Dudo dengan santrinya menjelang magrib masih tanam padi. Adalah Mbah Sunan Muria lewat itu apa, kok seperti bulus, maka (santrinya) jadilah bulus," ujarnya.
"Akhirnya bulus itu setiap tahun dijenguk warga, seperti itu," imbuh dia.
Sekretaris panitia acara tradisi Bulusan, Muhammad Aris mengatakan peserta kirab ada sembilan perwakilan dari masing-masing RT. Mereka menampilkan kesenian, pakaian adat, hingga seni pertunjukan.
Aris juga mengajak masyarakat tetap melestarikan tradisi yang ada. "Hari ini bersama-sama melestarikan bulus, agar bulus tetap berkembang biak," kata Aris.
(dil/dil)