Awal Mula Tradisi Memberi Makan Bulus di Makam Mbah Dudo Kudus

Awal Mula Tradisi Memberi Makan Bulus di Makam Mbah Dudo Kudus

Dian Utoro Aji - detikJateng
Rabu, 26 Apr 2023 16:05 WIB
Bulus yang dipercaya peninggalan Sunan Muria di kompleks Makam Mbah Dudo, Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Rabu (26/4/2023).
ulus yang dipercaya peninggalan Sunan Muria di kompleks Makam Mbah Dudo, Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Rabu (26/4/2023). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng B
Kudus -

Warga Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah masih melestarikan tradisi bulusan. Warga pun masih melestarikan memberikan makan untuk bulus yang dipercaya merupakan jelmaan santri Mbah Dudo.

Sekretaris Panitia Acara Tradisi Bulusan, Kudus, Muhammad Aris mengatakan warga percaya bahwa bulus yang ada di kompleks makam Mbah Dudo adalah jelmaan manusia. Bulus itu konon santri Mbah Dudo yang tidak disengaja disabda oleh Sunan Muria.

Aris mengatakan Sunan Muria saat itu sudah meramalkan bahwa kelak bulus itu akan didatangi banyak orang. Terutama selepas hari Raya Idul Fitri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perkataan terakhir yang disampaikan Sunan Muria adalah di sini nanti setelah Idul Fitri bakal didatangi orang banyak, mereka ngalap berkah," kata Aris ditemui di kompleks makam Mbah Dudo Desa Hadipolo, Rabu (26/4/2023).

Dia mengatakan warga asli Hadipolo selalu mengirim makanan ke bulus yang ada di makam Mbah Dudo setiap akan menggelar hajatan. Mereka meyakini hajatan itu bisa digelar secara sukses.makan untuk hewan bulus yang konon santri Mbah Dudo.

ADVERTISEMENT

Hal serupa juga dilakukan oleh warga saat lebaran. Mereka juga memberikan makanan kepada bulus tersebut.

"Masalah makan dipikirkan oleh warga sekitar. Warga sekitar yang asli sini bekerja luar daerah nelpon sini, suruh ngirim bulus," jelasnya.

Aris mengatakan makanan yang dikirim berupa nasi dan telur. Makanan itu didoakan, lalu diberikan makan untuk bulus. Sisanya dimakan bersama-sama di kompleks makam Mbah Dudo.

"Ini masih melekat sampai sekarang, ini berupa nasi sama telur, kemudian orang tua diambil kalau anak-anak itu diambilkan dulu. Ini sudah tradisi, sudah biasa," kata Aris.

"Didoakan dikasihkan bulus, itu perintah dari Sunan Muria, jangan sampai manusia yang disabda menjadi bulus kelaparan tidak bisa makan kan begitu. Setelah itu bisa dimakan bersama-sama," Aris melanjutkan.

Aris menambahkan Tradisi Bulusan digelar seusai tujuh hari Raya Idul Fitri. Tahun ini puncak tradisi itu akan digelar pada Sabtu (29/4) mendatang.




(ahr/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads