Warga Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, punya tradisi Bulusan yang masih dilestarikan sampai sekarang. Konon, Bulusan tak lepas dari perkataan Sunan Muria kepada para santri yang sedang ndaut atau mencabuti bibit padi yang akan ditanam lagi di sawah.
Di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, juga terdapat semacam kolam yang ditempati sejumlah bulus atau kura-kura kecil yang diyakini berkaitan dengan Sunan Muria. Kolam yang dipagari itu berada di sebelah makam Mbah Kiai Dudo, kerabat Sunan Muria.
Bulus itu masih dirawat. Menurut keyakinan sebagian warga, bulus itu merupakan jelmaan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris panitia acara tradisi Bulusan, Muhammad Aris mengatakan cerita tentang Bulusan berawal dari perjalanan Sunan Muria saat malam hari pada bulan Ramadan. Sunan Muria saat itu hendak mengunjungi Mbah Dudo di lereng Pegunungan Muria.
Dalam perjalanannya, Sunan Muria mendengar suara gemercik air. Setelah dicek ternyata ada petani yang sedang ndaut alias mencabuti bibit padi yang sudah melalui beberapa proses sampai siap tanam di sawah.
"Awalnya itu malam puasa, Sunan Muria mau silaturahmi ke tempat kerabatnya yang bernama Mbah Kiai Dudo. Di tengah perjalanan Sunan Muria mendengar gemercik air. Sunan Muria berkata ke santrinya, kok ada suara coba dicek," kata Aris saat ditemui wartawan di punden Mbah Dudo, Rabu (26/4/2023).
"Setelah dicek ternyata ada manusia yang sedang ndaut padi. Sunan Muria bilang, malam-malam kok ndaut kayak bulus. Spontan karena itu ucapan dari wali, orang yang sedang mendaut itu menjadi bulus," imbuh Aris.
Aris menceritakan, bulus itu sempat menangis dan meminta ampun kepada Sunan Muria.
"Akhirnya bulus itu naik dengan Sunan Muria, dia menangis karena asalnya manusia lalu menjadi bulus. Dia memohon ampun kepada Sunan Muria agar kembali ke wujud semula. Karena sudah menjadi takdir Ilahi, terimalah dengan lapang dada," jelas dia.
Singkat cerita, rombongan Sunan Muria bersama bulus itu bertemu Mbah Dudo. Mbah Dudo meminta maaf kepada Sunan Muria karena santrinya tetap bekerja di sawah saat malam hari pada bulan Ramadan.
"Mbah Kiai Dudo minta maaf atas kesalahan, Kanjeng Sunan Muria (bilang) itu sudah menjadi takdir santrinya menjadi bulus, tidak masalah," terang dia.
(dil/ahr)