Di Kabupaten Magelang ada masjid cagar budaya bernama Langgar Agung Pangeran Diponegoro. Pembangunan masjid ini oleh Pemerintah Kabupaten Magelang salah satunya untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro.
Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro ini berada di Dusun Kamal, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman. Pada masa Perang Jawa, 1925-1930, Pangeran Diponegoro disebut bersemedi di musala kecil di Menoreh, Salaman.
"Waktu itu musala kecil, dulu untuk semedinya Mbah Diponegoro. Bahasa dulu semedi, sekarang mujahadah. Prajurit beliau berada di gua-gua. Dulunya gua pahlawan, tapi orang lidah orang Jawa bilang gua lawa," kata pengelola Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro, KH Achmad Nurshodiq saat ditemui pada Jumat (14/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Achmad menjelaskan, perang gerilya yang dilancarkan Pangeran Diponegoro membuat Belanda kewalahan. Kemudian, Belanda dengan akal liciknya memberi fasilitas kepada seorang demang yang berada di Menoreh.
Demang tersebut ditugasi membujuk Pangeran Diponegoro agar mau melakukan musyawarah di Karesidenan Magelang, hingga akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap.
![]() |
"Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Magelang bersama tokoh Menoreh melakukan rapat akbar. Dalam rapat tersebut ada usulan ada dibuat batu tulis sejarah Pangeran Diponegoro, patung Pangeran Diponegoro naik kuda dan masyarakat Menoreh usul dibuat musala lagi. Akhirnya disepakati masjid atau musala," tutur Achmad.
"Setelah Indonesia merdeka, Pemkab Magelang survei tempat bersejarah, ya mungkin (tahun) '46 atau '47. Iya, sudah cagar budaya," jelasnya.
Proses pembangunan masjid ini sempat terkendala pada sekitar tahun 1965, yakni saat pecah peristiwa G 30 S. Setelah situasi aman, pembangunan masjid dilanjutkan hingga jadi.
"(Dulunya ndalem kidul sudah ada masjid). Usulan (rapat) Langgar Agung saja. Statusnya masjid, masjid namanya Langgar Agung. Buat salat Jumat, sejak tahun 1990-an," tuturnya.
Menurut Achmad, tempat imam di Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro dulu tempat semedi Pangeran Diponegoro. Maka itu, meski lahannya yang luas berada di bagian barat, masjid ini justru dibangun di sebelah timur meski halamannya sempit.
"Bangunan ke timur, nggak ke barat yang halaman luas, itu karena mengambil tempat semedi, sekarang jadi pengimaman," ungkap dia.
Bangunan utama Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro ini diresmikan pada 1972. Lebar masjidnya 8 meter dan panjangnya 13 meter.
Bangunan utama mampu menampung seratusan jemaah. Juga ada tambahan pembangunan serambi yang lebih luas lagi oleh Pemkab Magelang.
Keberadaan masjid tersebut hingga sekarang masih digunakan warga masyarakat sekitar maupun para santri Nurul Falah.
(dil/dil)