Dinamai Sukarno Langgar Merdeka, Tilas Kios Candu di Laweyan Solo

Dinamai Sukarno Langgar Merdeka, Tilas Kios Candu di Laweyan Solo

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 15 Apr 2023 14:49 WIB
Langgar Merdeka di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo. Diunggah Sabtu (15/4/2023).
Langgar Merdeka di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo. Diunggah Sabtu (15/4/2023). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Langgar atau masjid kecil di Kawasan Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, ini memang unik. Dilihat sekilas, bangunan Langgar Merdeka yang didirikan sejak 1945 itu seperti rumah toko. Lantai satunya memang untuk toko. Sedangkan langgar di lantai dua.

Ketua Yayasan Langgar Merdeka, Zulfikar Husain (60) mengatakan nama Langgar Merdeka itu pemberian dari presiden Indonesia pertama, Sukarno.

"Pada Juli 1945, karena suasana kemerdekaan, Bung Karno sering berkunjung ke daerah Laweyan dan menitip pesan ke salah satu Menteri bernama Mulyadi Joyomartono untuk memberi nama Langgar Merdeka," kata Zulfikar kepada detikJateng, Sabtu (15/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menjadi tempat ibadah, Zulfikar berujar, Langgar Merdeka dulunya kompleks kios candu milik warga keturunan Tionghoa.

Kios candu itu berdiri di perkampungan yang mayoritas muslim. Oleh salah seorang pengusaha batik Laweyan, Imam Mashadi, bangunan kios itu dibeli lalu dirobohkan pada tahun 1940.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 1942, Zulfikar mengatakan, bekas kios itu mulai didirikan masjid yang proses pembangunannya memakan waktu 3 tahun.

"Konsep bangunan Jawa-Arab, khususnya Turki Usmani," ucap dia.

Lantaran pihak pewakaf, Imam Mashadi, ingin masjid itu juga bisa membantu masyarakat, sehingga dibuatlah konsep ekonomi syariah di kompleks bangunan 179 meter persegi itu. Lantai bawah bangunannya untuk kios pertokoan, sedangkan lantai duanya untuk masjid.

"Sehingga masjid bisa berdiri mandiri hingga sekarang, bahkan bisa membiayai semua kegiatan masjid seperti pengajian Ahad pagi, dan Jumat malam, serta TPQ," ujar Zulfikar.

Langgar Merdeka sempat berganti nama menjadi Langgar Al-Ichlas pada 1949. Sebab, saat itu ada agresi militer kedua di mana Belanda menginginkan semua simbol kemerdekaan harus hilang.

Langgar Merdeka di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo. Diunggah Sabtu (15/4/2023).Langgar Merdeka di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo. Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Masih Terjaga Keasliannya

Sejumlah barang di Langgar Merdeka masih terawat dan belum diganti sejak awal bangunannya didirikan. Sebagian besar tembok bangunannya juga masih asli.

"Benda peninggalan sejarah ada beberapa meja, kenthongan, lemari, sekat pembatas saf laki-laki dan perempuan," kata Zulfikar.

"Tempat wudu kita ubah agar lebih efisien tempat, tidak berbentuk kolam seperti zaman dahulu," imbuh dia.

Zulfikar menuturkan, sound system baru digunakan di Langgar Merdeka sejak tahun 1982. Sebelumnya, muazin harus mengumandangkan azan dari atas menara.

Tangga menuju atas menara berada di selatan mimbar imam. Terdapat tangga dari kayu nan sempit dan curam menuju ke menara.

"Pada tahun 1974, kalau saya adzan harus naik ke menara. Belum ada sound system, jadi dulu pakai corong. Sebelum adzan memukul kenthongan dulu. Tahun 1982 baru ada sound system," pungkasnya.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads