Meriahnya Kirab Dugderan Semarang, Gibran Ikut Nonton

Meriahnya Kirab Dugderan Semarang, Gibran Ikut Nonton

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 21 Mar 2023 16:26 WIB
Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023).
Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Semarang -

"Dug, dug, der!!" Kirab Dugderan di Kota Semarang kembali digelar meriah lengkap dengan karnaval seperti sebelum pandemi COVID-19. Ribuan orang menyaksikan acara menyambut bulan Ramadan 2023 itu, termasuk Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Titik awal Kirab Dugderan berada di Balai Kota Semarang, Jalan Pahlawan. Di sana ada penampilan tari-tarian dan juga penabuhan bedug yang dilakukan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita). Terlihat dalam deretan kursi tamu ada Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang duduk di sebelah Ita.

Prosesi Dugder dimulai sejak tahun 1881 Masehi oleh Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat sebagai Bupati Semarang kala itu. Selama ini Wali Kota Semarang berperan sebagai KRM Arya Adipati Purbaningrat, namun tahun ini untuk pertama kalinya Wali Kota Semarang seorang perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dikarenakan Wali Kota sekarang adalah Ibu Wali Kota, tentunya gelar juga akan berubah. Ibu Wali Kota Semarang akan memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso Poespojoedho, Selasa (21/3/2023).

Upacara Dudgder digelar dengan bahasa Jawa. Wali Kota kemudian menabuh bedug, dan selanjutnya para Forkopimda menaiki kereta kencana untuk memulai perjalanan menuju Masjid Agung Kauman.

ADVERTISEMENT

Dalam rombongan kirab terdapat beberapa pasukan di antaranya pasukan bergada atau kelompok atau grup prajurit yang dikirimkan dari tiap-tiap perwakilan kecamatan di Kota Semarang, setiap pasukan bergada beranggotakan 40 personel.

Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023).Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Bergada itu dibagi menjadi empat kelompok pasukan yakni Bergada Watang Ki Ageng Pandanaran, Bergada Pedang Temeng Surohadimenggolo, Bergada Badui Reksanegara, dan Bergada Sorogeni Gandewo Suromenggolo yang merupakan ibu-ibu lurah se-Kota Semarang yang tergabung dalam pasukan sejumlah 40 orang.

Ikon Kota Semarang, Warak Ngendog juga diarak meriah saat Dugderan. Warak merupakan simbol persatuan antara etnis sejak dulu dan digambarkan sebagai hewan dengan wujud kepala Naga (China), badan Buraq (Arab), dan kaki Kambing (Jawa).

Sebelum berangkat ke Masjid Agung Kauman Semarang, Ita dan Gibran juga sempat menandatangani MoU terkait pariwisata. Ita mengatakan bakal dibahas terkait wisata berkaitan dengan sejarah Kota Semarang dan Solo yang konon saling berkaitan.

Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023).Suasana Kirab Dugderan menyambut bulan Ramadan 2023 di Kota Semarang, Selasa (21/3/2023). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

"Sejarah Kota Semarang tidak lepas dengan Kasunanan (Surakarta). Nanti canangkan untuk buat historinya," ujar Ita.

"Kita sudah MoU, harapannya kegiatan kebudayaan pariwisata bisa kita sinergikan antara Semarang dan Solo," jelas Gibran yang kemudian berpamitan meninggalkan lokasi di tengah upacara Dugderan di Balai Kota Semarang.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Rombongan yang tiba di Masjid Agung Kauman Semarang kemudian melakukan prosesi inti. Peran Bupati itu melakukan penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati.

Rombongan kemudian berjalan menuju Aloon-aloon (Alun-alun) Kota Semarang yang sudah dipadati warga. Di sana Wali Kota Semarang membacakan Suhuf Halaqof tanda masuk bulan Ramadan. Kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam.

Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu 'dug, dug, dug' suara beduk dan 'der, der, der' suara meriam. Prosesi pembagian air suci katakan dan juga kue ganjel rel khas Semarang juga berlangsung meriah di Masjid Agung Kauman.

Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk kembali pembacaan Suhuf Halaqof dari Pemprov Jateng.

Halaman 2 dari 2
(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads