Tembang Macapat adalah sajak yang dinyanyikan oleh masyarakat Jawa. Tembang macapat terdiri dari sebelas jenis yang masing-masing memiliki pengertian, watak, dan isi berbeda. Selain digunakan sebagai media hiburan, tembang macapat juga digunakan sebagai media edukasi dalam mendidik moral masyarakat.
Salah satu tembang macapat yang banyak dinyanyikan adalah tembang pangkur. Sama seperti jenis tembang macapat lainnya, tembang pangkur juga memiliki makna filosofis yang memberi banyak makna dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Berikut ini serba-serbi tembang macapat pangkur, mulai dari pengertian, watak, isi, dan contohnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Tembang Pangkur
Dikutip dari buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna (2018) yang diterbitkan oleh Kemdikbud, tembang pangkur berasal dari kata mungkur yang berarti undur diri. Dengan kata lain, tembang pangkur adalah jenis tembang macapat yang menggambarkan kondisi dimana manusia mengalami fase mundur dari kehidupan ragawi dan menuju kehidupan rohani/spiritual.
Tembang pangkur atau mungkur juga dapat diartikan sebagai tembang yang menggambarkan upaya manusia dalam menyingkirkan angkara murka atau hawa nafsu negatif yang menggerogoti jiwa.
Dalam deretan jenis-jenis macapat, tembang pangkur memiliki guru gatra tujuh baris/larik. Tembang pangkur memiliki guru wilangan 8, 11, 8, 7, 12, 8, dan 8. Selain itu, tembang pangkur memiliki guru lagu a, i, u, a, u, a, dan i.
Watak Tembang Pangkur
Dikutip dari buku Macapat Modern Dalam Sastra Jawa Analisis Bentuk dan Isi (2003) yang diterbitkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, tembang pangkur memiliki watak yang bersifat gagah, perwira, bergairah, perkasa, bersemangat, dan berkeyakinan dalam mengajak seseorang untuk mempersiapkan masa depan.
Oleh karena itu, tembang pangkur sering digunakan oleh orang Jawa sebagai pitutur atau nasehat yang disampaikan dengan kasih sayang. Tembang pangkur juga digunakan untuk menyampaikan rasa cinta baik kepada anak, pendamping hidup, Tuhan, maupun alam semesta.
Atas pemahaman tersebut, tembang pangkur mengajarkan untuk menghindari watak-watak buruk manusia seperti durjana, murka, dengki, srei, dora, iren, dahwen, panasten, open, kumingsun, jail, methakil, mbesiwit, lunyu, genjah, nyumur gumuling, dan mbuntat ari.
Isi dan Contoh Tembang Pangkur
Berikut isi dan contoh tembang pangkur yang dikutip dari buku Bahasa, Sastra, dan Budaya dalam Komunitas Rural (2022) karya Retno Hendrastuti dkk. dan buku Serat Wulangreh (1929) karya Sinuhun Paku Buwono IV.
Contoh 1
Gara-garane manungsa
Akeh bendu kang krasa nggegirisi
Kurban jiwa raga tuhu
Mila samya han jaga
Reboisasi, tanem tuwuh iku perlu
Kanggo hang kreseping tuya
Muga bisa a lestari
Artinya:
Karena manusia
Banyak nafsu yang terasa menakutkan
Korban jiwa raga yang nyata
Maka mari menjaga
Reboisasi, tanam tumbuh itu perlu
Untuk menjaga resapan air
Semoga bisa menjadi lestari
Contoh 2
Sekar Pangkur kang Winarna
Lelabuhan kang kangge wong aurip
Ala lan becik punika
Prayoga kawruhana
Adat waton punika dipun kadulu
Miwah ingkang tatakrama
Den kaesthi siyang ratri
Deduga lawan prayoga
Myang watara reringa aywa lali
Iku parabot satuhu
Tan kena tininggala
Tangi lungguh angadeg tuwin lumaku
Angucap meneng anendra
Duga-duga nora kari
Miwah ta sabarang karya
Ing prakara kang gedhe lan kang cilik
Papat ikut aja kantun
Kanggo sadina-dina
Rina wengi nagara miwah ing dhusun
Kabeh kang padha ambegan
Papat iku aja lali
Kalamun ana manungsa
Anyinggahi dugi lawan prayogi
Iku watake tan patut
Awor lawan wong kathah
Wong degsura ndaludur tan wruh ing edur
Aja sira cedhak-cedhak
Pan wus watake manungsa
Pan ketemu ing laku lawan linggih
Solah muna-muninipun
Pan dadi panengeran
Kang apinter kang bodho miwah kang luhur
Kang sugih lan kang melarat
Tanapi manusa singgih
Artinya:
Tembang Pangkur yang diceritakan
Pengabdian yang berguna untuk orang hidup
Jelek dan baik itu
Sebaiknya kamu ketahui
Adat istiadat itu hendaknya dilaksanakan
Juga yang berupa tata krama
Dilaksanakan siang dan malam
Pertimbangan mana yang lebih utama
Serta mengukur akibat perbuatan, jangan dilupakan
Itu pedoman sejati
Jangan ditinggalkan
Bangun, duduk, berdiri, dan berjalan
Berbicara, diam, maupun tidur
Pertimbangan jangan ditinggalkan
Demikian juga dalam setiap pekerjaan
Baik perkara yang besar maupun perkara yang kecil
Empat hal itu jangan ditinggalkan
Juga pada setiap waktu sehari-hari
Baik siang atau malam, dalam urusan negara atau di pedusunan
Oleh karena itu bagi semua yang masih bernapas
Keempat hal tersebut jangan dilupakan
Jika ada manusia
Yang mengabaikan pertimbangan keutamaan
Itu tabiat yang tak pantas
Berbaur dengan orang banyak
Orang yang kurang ajar melantur tak mengerti perbuatan buruk
Janganlah engkau terlalu dekat
Pasti akan mencelakakan
Demikian pengertian, watak, isi, dan contoh tembang macapat pangkur, salah satu tembang macapat yang memiliki makna mendalam bagi keberlangsungan hidup masyarakat Jawa. Bagaimana, Lur? Tertarik untuk mendalami tembang macapat lebih lanjut?
Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Besertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ahr/aku)