Brebes Dijuluki Sundanya Jawa, 7 Kecamatan Berbahasa Sunda

Brebes Dijuluki Sundanya Jawa, 7 Kecamatan Berbahasa Sunda

Imam Suripto - detikJateng
Minggu, 05 Feb 2023 13:50 WIB
Salah satu pertunjukan adat di Brebes, Jawa Tengah, yang terpengaruh budaya Sunda.
Salah satu pertunjukan adat di Brebes, Jawa Tengah, yang terpengaruh budaya Sunda. Foto: Imam Suripto/detikJateng
Brebes -

Brebes merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang dikenal dengan julukan 'Sundanya Jawa'. Dari 17 kecamatan di Brebes, 7 di antaranya juga menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari. Kok bisa? Begini kisahnya.

Tujuh kecamatan di Brebes yang menggunakan bahasa Sunda itu meliputi Salem, Bantarkawung, Banjarharjo, Kersana, Losari, Ketanggungan, dan Larangan.

Menurut sejarawan sekaligus Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Brebes, Wijanarto, penggunaan bahasa Sunda di tujuh kecamatan itu merupakan salah satu bukti adanya pengaruh budaya Sunda di Jawa Tengah, yakni Brebes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Kecamatan Salem, mayoritas masyarakatnya bercakap menggunakan bahasa Sunda. Sedangkan di enam kecamatan lain, sebagian masyarakatnya ada yang menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa Jawa di enam kecamatan itu pun dibagi menjadi dua dialek, yakni dialek Jawa Brebesan dan Cirebonan.

"Wilayah Kecamatan Salem, budaya Sunda mendominasi. Sementara enam kecamatan lainnya campuran Jawa dan Sunda. Dipakainya bahasa sunda di tujuh kecamatan itu menjadi bukti yang menguatkan bahwa daerah itu dipengaruhi kebudayaan Sunda," ungkap Wijanarto saat ditemui di kantornya, Senin (30/1/2023).

ADVERTISEMENT

Selain pertautan bahasa, kata Wijanarto, ada pula pertautan historis. Ikatan antara Jawa dan Sunda di Brebes dikuatkan oleh beberapa cerita rakyat yang ada, seperti cerita Ciung Wanara.

Dalam cerita itu dikisahkan pertempuran antara Ciung Wanara sebagai representasi kekuatan Pajajaran dengan Arya Bangah, representasi kekuatan Majapahit. Pertempuran itu berakhir dengan pemisahan wilayah di tapal batas sungai yang disebut Cipamali atau Pemali, sungai terbesar di Brebes.

"Sungai Pemali menjadi pembatas antara brang kulon (barat) dan wetan (timur). Brang wetan adalah Jawa dan kulon adalah Sunda. Batas mandala itu sampai ke selatan ke wilayah Banyumas, di sana ada sungai Cisarayu atau Serayu," terang dia.

Pengaruh budaya Sunda di Brebes juga terlihat dari banyaknya ritus dan seni adat yang mengaitkan pertautan wilayah Brebes dengan Jawa dan Sunda.

Ada pula catatan-catatan dalam manuskrip Pujanggan Manik, di antaranya kunjungan kedinasan Bupati Brebes Aria Tjhandranegara 1 (masa pemerintahan 1880 - 1885) ke wilayah selatan yaitu distrik Bantarkawung dan Salem.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Dalam kunjungan itu bupati meninggalkan riwayat yang ditulis oleh pakar sundanologi, Karel Frederick Holle. Pakar ini menuliskan sebuah jurnal yang mengisahkan banyaknya pengaruh unsur Sunda Islam dan Hindu. Salah satu contoh yang ditulis adalah pelaksanaan upacara Ngasa.

Sampai sekarang tradisi upacara Ngasa masih dilestarikan oleh masyarakat Brebes, terutama di Desa Gandoang, Kecamatan Salem, dan di Dusun Jalawastu, Desa Ciseureuh. Kecamatan Ketanggungan.

Ritual adat yang mempertautkan masyarakat Brebes dengan budaya Sunda ini sekaligus sebagai pengakuan adanya pengaruh Sunda Wiwitan. Dari pertautan dan persilangan itu, membuktikan bahwa Brebes dibangun dari keberagaman baik dari sisi historis maupun sosiokultural.

"Dalam upacara Ngasa itu doa yang dilantunkan, meski tatanan masyarakat sekarang sudah memeluk Islam, tapi banyak yang menaati tradisi-tradisi bumian. Tradisi upacara Ngasa itu ada doa yang dibacakan dalam bahasa Sunda dan penghormatan terhadap leluhur masyarakat," ujar Wijanarto.

Diwawancara dalam kesempatan terpisah, Camat Salem, Wartoid, mengatakan seluruh wilayahnya yang terdiri dari 21 desa berbahasa Sunda. Untuk tradisi dan adat budaya Sunda yang masih terjaga adalah Ngasa.

Sementara kesenian yang digemari masyarakatnya pun memiliki ciri khas Sunda, yakni Jaipong dan Wayang Golek.

"Di Kecamatan Salem semuanya menggunakan bahasa Sunda. Sampai sekarang tradisi tradisi Sunda masih digelar dan terjaga kelestariannya. Contohnya sebentar lagi akan ada tradisi Ngasa di Desa Gandoang," ungkap Wartoid.

Kemudian di Kecamatan Banjarharjo yang terdiri dari 25 desa, hanya satu desa yang tidak menggunakan bahasa Sunda, yaitu Cimunding. Camat Banjarharjo, Eko Purwanto, menyebutkan Desa Cimunding ini berbatasan dengan Desa Kradenan yang masuk wilayah Kersana dan berbahasa Jawa.

"Cuma satu, Desa Cimunding yang tidak berbahasa Sunda. Untuk desa desa lain di Kecamatan Banjarharjo semuanya menggunakan bahasa Sunda," tutur Eko.

Halaman 2 dari 2
(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads