Selama ini masyarakat di Jawa Tengah masih banyak yang menggelar upacara pernikahan yang menggunakan adat Jawa. Bukan hanya tata cara upacara resepsinya, pakaian yang digunakan juga masih menggunakan pakaian tradisional Jawa.
Dikutip dari surakarta.go.id, dalam adat pernikahan Jawa, khususnya Gaya Surakarta, pengantin biasanya mengenakan pakaian yang terdiri dari dua jenis. Awalnya mereka mengenakan pakaian adat berupa kebaya untuk wanita dan beskap sikepan untuk pria. Kemudian mereka akan berganti pakaian menggunakan kain basahan.
Pada awalnya, kebaya yang digunakan oleh pengantin perempuan pada masa lalu biasanya menggunakan warna-warna gelap, seperti hitam atau biru. Namun dalam perkembangannya saat ini, kebaya kutubaru yang digunakan oleh pengantin memiliki lebih banyak ragam warna.
Adapun busana pengantin pria berupa beskap sikepan biasanya menggunakan warna menyesuaikan warna kebaya yang digunakan oleh pengantin perempuan.
Kedua mempelai pengantin mengenakan kain batik yang sama. Motif yang digunakan, yakni Sido Mulyo, Sido Asih, dan Sido Mukti. Bagian depannya dibuat wiru atau lipatan-lipatan.
Jumlah wiru biasanya ganjil, misalnya 9, 11, maupun 13. Wiru sendiri merupakan akronim dari wiwiren aja nganti kleru, jika diartikan mengandung makna agar diolah sedemikian, supaya menciptakan suasana yang harmonis.
Busana yang digunakan dalam upacara pengantin adat Jawa itu pada awalnya berkembang di dalam tembok keraton. Namun lama kelamaan tradisi itu keluar dari dalam tembok benteng keraton dan ditiru oleh masyarakat.
(ahr/ams)