Nama Nitisemito diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Jalan Nitisemito berada di jalan kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus. Nitisemito merupakan raja kretek kondang yang mengalami masa kejayaan pada zaman kolonial Belanda. Berikut kisahnya.
Plang Jalan Nitisemito sudah tampak dari kejauhan sebelum memasuki jalan kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus. Arus lalu lintas di jalan tersebut tampak padat pada Selasa (27/9/2022) siang.
Nitisemito sampai sekarang masih dikenang oleh masyarakat Kudus. Di Museum Kretek Kudus, kamu bisa membaca riwayat hidupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nitisemito lahir di Desa Janggalan Kabupaten Kudus pada 1874 dengan nama kecil Rusdi. Setelah menikah, Rusdi menggunakan nama panggilan Nitisemito. Dia merupakan putra dari Haji Soelaeman dan ibunya bernama Markanah. Ayahnya Haji Soelaeman saat itu menjabat sebagai lurah.
Pada usia 17 tahun, Nitisemito merantau ke Kota Malang. Di sana dia bekerja sebagai buruh jahit.
Nitisemito kemudian perlahan menapaki kehidupan sebagai pengusaha pakaian jadi. Namun, usahanya itu akhirnya kandas.
![]() |
Lalu Nitisemito pulang ke Kudus dan menjadi pedagang kerbau serta memproduksi minyak kelapa. Lagi-lagi usahanya gagal. Dia kemudian menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau.
Usia 31 tahun, Nitisemito menikah dengan Nasilah. Bersama istrinya, Nitisemito mencoba peruntungan dengan membuat rokok kretek. Awalnya produksi rokok kretek itu mereka kerjakan sendiri, mulai dari melinting hingga menjualnya.
Rokok kretek buatan Nitisemito terdiri dari campuran tembakau, cengkeh, dan saos. Kretek itu dibungkus kulit jagung kering dan diikat dengan benang atau serat berwarna merah, hijau, atau warna lainnya.
Usaha Nitisemito mencapai puncaknya pada 1914. Untuk meningkatkan usahanya, dia membangun lagi pabrik baru seluas 6 hektare di Desa Jati, Kudus.
Adapun jumlah karyawan mencapai 15 ribu orang. Daerah pemasarannya mencakup Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke Belanda.
Pada 1938, perusahaan rokok Nitisemito mengalami penurunan karena konflik internal dan pecahnya Perang Dunia II. Masuknya tentara Jepang juga memperburuk usaha perusahaan rokok milik Nitisemito.
Pada 1953, rokok kretek dengan cap Bal Tiga itu dinyatakan pailit dan rokok buatan Nitisemito pun berangsur hilang di pasaran.
Staf Museum Kretek Kudus, Rina Hidayati Noor, mengatakan sosok Nitisemito merupakan pelopor kretek di Kudus. Ada berbagai macam koleksi peninggalan Si Raja Kretek itu yang disimpan di Museum Kretek Kudus.
Cara promosi Nitisemito pakai pesawat Fokker ada di halaman selanjutnya...
"Nitisemito ini pelopor kretek di Kudus. Kita ada beberapa koleksi tentang beliau, ada lukisan Nitisemito, ada koleksi foto, ada buku akuntansi," kata Rina yang akrab disapa Nana saat ditemui detikJateng, Selasa (27/9/2022).
"Beliau pada zaman Belanda sudah memiliki pabrik dan karyawan mencapai 15 ribu, dan karyawan mayoritas warga Kudus. Itu artinya sudah mampu membuka lapangan kerja di Kudus," jelasnya.
Nana menambahkan, Nitisemito pernah menyewa pesawat terbang Fokker dari Belanda untuk mempromosikan rokoknya.
"Beliau keren sekali promosinya, sudah mikir, ada koleksi promosi lewat stand terus lewat sayembara keliling, memberi hadiah sepeda, menyewa pesawat Fokker untuk menyebarkan brosur dari udara," terang dia.