Meriahnya Garebek Lowano, Tradisi Bersih Desa dan Tolak Bala Warga Purworejo

Meriahnya Garebek Lowano, Tradisi Bersih Desa dan Tolak Bala Warga Purworejo

Rinto Heksantoro - detikJateng
Minggu, 11 Sep 2022 17:06 WIB
Grebeg Lowano di Purworejo, Minggu (11/9/2022).
Grebeg Lowano di Purworejo, Minggu (11/9/2022). (Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng)
Purworejo -

Warga Desa Loano, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggelar tradisi Garebek Lowano. Tradisi yang digelar setiap tiga tahun sekali ini bertujuan menjauhkan desa dari mara bahaya atau tolak bala.

Garebek Lowano dilaksanakan pada Minggu (11/9/2022). Acara ini merupakan puncak dari gelaran merti desa atau bersih desa yang terdiri dari berbagai rangkaian kegiatan. Hal tersebut bertujuan untuk menolak bala atau mara bahaya yang bisa mengancam keselamatan desa.

"Jadi pada zaman dahulu kala pas Bulan Sapar itu Tuhan menurunkan bala. Bala itu sukerta atau mara bahaya. Terus warga menggelar ritual doa bersama dan di zaman sekarang kita aktualkan kembali dalam bentuk merti desa, bersih desa atau merawat desa, artinya membuang segala mara bahaya yang bisa mengancam desa itu. Jadi ada berbagai rangkaian termasuk grebeg dan ditutup dengan pagelaran wayang," kata Dewan Pengarah Acara, Erwan Wilodilogo, Minggu (11/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erwan menjelaskan, ritual bersih desa sendiri diawali dengan berbagai kegiatan termasuk ritual pemeliharaan mata air. Rangkaian lain dalam garebek adalah arak-arakan warga yang membawa gunungan berisi berbagai macam hasil bumi yang nantinya diperebutkan warga setelah didoakan di penghujung acara. Arak-arakan itu berangkat dari kantor Balai Desa Loano dan berakhir di halaman Masjid Al Iman Sunan Geseng.

"Rangkaiannya ada upacara tandang pawiyatan artinya memulai pekerjaan ditandai dengan pengibaran umbul-umbul bendera hitam, sebelumnya kita sowan ke makam Adipati Loano. Kemudian dilanjutkan pengajian, terus ada petik tirta yaitu mengambil air dari tujuh mata air. Kemudian bedhol pusoko yaitu pengambilan pusaka peninggalan leluhur untuk disemayamkan di pendopo yang kemudian akan diarak dalam Grebeg Lowano," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Garebek Lowano sendiri mengumpulkan seluruh warga yang membawa material kenduri untuk kita doakan bersama di Masjid Sunan Geseng. Jadi mereka bawa hasil bumi dan tumpengan lengkap sayur lauk pauknya sebagai bentuk sedekah," sambungnya.

Tradisi tersebut, Erwan melanjutkan, sudah ada sejak tahun 1942 dan sempat berhenti selama bertahun-tahun. Akhirnya, pada tahun 2010 ritual bersih desa baru diaktifkan kembali.

"Setelah sempat berhenti kemudian bersih desa ini baru diadakan lagi sejak 2010. Pertama kali diadakan bersih desa dulu banget sekitar tahun 1942," ujarnya.

Sebagai ritual tolak bala, Garebek Lowano hanya digelar setiap tiga tahun sekali. Namun demikian, ritual bersih desa tanpa garebek tetap diadakan setiap tahunnya pada bulan Sapar.

"Sebenarnya setiap tahun kita ada upacara atau ritual saparan, tapi yang ada Garebek Lowano cuma 3 tahun sekali," imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya..

Grebeg Lowano di Purworejo, Minggu (11/9/2022).Grebeg Lowano di Purworejo, Minggu (11/9/2022). Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng

Ia pun berharap agar tradisi ini bisa terus lestari secara turun temurun. Garebek Lowano juga merupakan tradisi yang dimanfaatkan warga sebagai ajang sedekah. Dengan bersedekah, maka segala mara bahaya tidak akan mendekat.

"Jadi ini konsepnya bersih desa untuk tolak bala. Salah satu agar kita terhindar dari bala maka bersedekahlah, ini hadist rasulullah. Nah salah satu bentuk sedekahnya ya ini tradisi bersih desa yang dikemas dalam Garebek Lowano ini. Semoga bisa tetap berlanjut dan lestari," harapnya.

Ribuan warga yang hadir pun antusias menyaksikan jalannya ritual dari awal hingga akhir. Gunungan yang berisi berbagai macam hasil bumi serta nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauk pauk kemudian diperebutkan oleh warga setelah didoakan sesepuh desa.

Salah satu warga yang ikut berebut, Muslimah (66) mengaku senang bisa ikut nimbrung dalam acara itu. Ia sendiri sudah tiga tahun menantikan moment itu.

"Seneng banget, udah nunggu tiga tahun baru ada lagi ini, ramai. Tadi ikut rebutan, ini dapat sayuran sama nasi," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/ahr)


Hide Ads