Tempuran Sungai Elo-Kali Progo di Borobudur, Sering Dipakai Ritual

Tempuran Sungai Elo-Kali Progo di Borobudur, Sering Dipakai Ritual

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 11 Sep 2022 12:15 WIB
Tempuran Sungai Elo dan Kali Progo di Magelang.
Tempuran Sungai Elo dan Kali Progo di Magelang. Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Tak jauh dari Candi Borobudur, terdapat tempat bertemunya dua Sungai Elo dan Kali Progo. Lokasi bertemunya dua sungai sungai dipercaya orang Jawa sebagai tempat yang istimewa.

Lokasi bertemunya dua sungai tersebut sering disebut dengan tempuran. Adapun tempuran bertemunya aliran Sungai Elo dan Progo tersebut persisnya masuk wilayah Dusun Bejen, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Pantauan detikJateng, air yang dari Sungai Progo yang berhulu dari wilayah Kabupaten Temanggung tadi terlihat keruh. Kemudian, untuk air dari Sungai Elo terlihat bening dan bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun tempuran, dulunya pada malam 1 Suro sering digunakan orang untuk berendam atau kungkum. Selain itu, ada yang menggunakan sebagai tempat melarung pusaka. Aliran air dari kedua sungai ini bermuara sampai di Pantai Selatan, tepatnya di Pantai Trisik, Kulon Progo.

"Kebetulan untuk dahulu sering malam 1 Suro digunakan untuk merendam diri (kungkum). Ada beberapa orang yang mungkin sudah nggak kuat membawa pusaka seperti turun temurun biasanya dilarung di sini. Khusus malam 1 suro itu masih ada beberapa orang yang menggunakannya untuk kungkum," kata salah satu warga di sekitar tempuran, Danang, Rabu (7/9/2022).

ADVERTISEMENT

Dari kebiasaan melarung pusaka tersebut, katanya, nelayan lokal saat menjaring ikan terkadang mendapatkan keris atau benda lainya. Kendati jumlahnya tidak banyak terkadang satu atau dua orang mendapatkan itu.

"Biasanya kalau nglarung pusaka itu hal mungkin tabu ya nggak bareng-bareng, mungkin cuman sendiri, bukan orang lokal sini. Orang lokal nelayan, entah mendapatkan kerisnya atau apa, walaupun nggak banyak satu dua mendapatkan seperti itu," tuturnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya..

Selain itu, kata Danang, lokasi tersebut bagi masyarakat setempat untuk mencari ikan bagi nelayan. Baik itu, dengan memancing maupun menjala ikan.

"Tombro (ikan) yang terkenal disini, bukan cuma untuk nelayan lokal, tapi banyak juga pemancing dari luar daerah. Terkenal disini tombro-tombronya, walaupun sekarang mungkin agak jarang nggih karena banyaknya walet, endapan itu menjadi dangkal sungainya," ujar dia.

Sementara itu, pemilik Eloprogo Art House Borobudur, Sony Santosa mengatakan masyarakat memang sering menganggap tempuran sungai sebagai tempat yang istimewa.
"Ini (tempuran), bisa dibilang dari empat energi, Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu, ketemu disini, terus air bukit tidar. Jadi ini pertemuan dua sungai, tempuran sungai di Candi Borobudur ini. Ini juga seperti simbol, dua sifat, dua karakter yang ketemu dan ketemu dan menjadi jadi selaras, jadi harmoni," ujar Sony yang dulu pernah tinggal di Bali, itu.

"Jadi ini seperti dua karakter, dua karakter kalau lihat manusia ya suami sama istri. Ini dimana dua sifat bertemu menjadi satu, bersama ke laut selatan, ini berakhirnya di Pantai Trisik," tuturnya.

"Sakral nggak orang Jawa, londo, orang timur, orang tengah, pertemuan alam, pertemuan istimewa. Emang tempat ini umumnya tempat orang ritual, macam-macam lah," katanya seraya menyebut terkadang ada yang izin melakukan ritual, itu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Terjun Bebas ke Sungai di Magelang"
[Gambas:Video 20detik]
(ahr/ahr)


Hide Ads