Beberapa daerah di Jawa Tengah memiliki nama yang unik. Bahkan, bagi beberapa orang mungkin namanya terdengar sedikit jorok.
Kebanyakan daerah dengan nama unik itu memiliki cerita yang menjadi asal muasal penamaan daerah tersebut.
Berikut ini beberapa nama daerah yang aneh di Jawa Tengah. Jika detikers menemukan daerah lain yang juga memiliki nama aneh, tulis di kolom komentar ya!
1. Kampung Koplak
Kampung di tengah kota Boyolali ini punya nama unik. Koplak namanya. Ada cerita yang menyebabkan kampung itu dinamakan Koplak.
Dalam Bahasa Jawa, kata koplak biasa untuk menyebut keadaan suatu wadah tertutup yang tak terisi penuh. Namun, koplak bisa juga diartikan sinting jika kata itu disematkan di belakang nama seseorang.
Bagi warga Boyolali dan sekitarnya, Kampung Koplak tentu sudah tak asing. Lokasinya berada tepat di kawasan jantung kota Boyolali. Tepatnya di depan Pasar Boyolali, Jalan Pandanaran.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Ichsanudin mengatakan, kampungnya dulu adalah terminal atau lokasi pemberhentian sekaligus penginapan sarana transportasi zaman dahulu. Mulai dari andong (kereta kuda), gerobak (ditarik sapi) dan gluthuk (gerobak yang ditarik orang).
Bermacam sarana transportasi itu untuk mengangkut dagangan ke Pasar Boyolali. Daerah itu menjadi lokasi pemberhentian atau penginapan alat transportasi tradisional.
"Jadi terminal itu sejak sekitar 1925. Karena menjadi lokasi terminal andong, dokar, gerobak, gluthuk itulah akhirnya sebutan Koplak semakin terkenal. Seiring waktu, orang terus menyebut wilayah di sini dan sekelilingnya dengan sebutan Kampung Koplak," jelas Udin, sapaan akrabnya.
2. Desa Jeblog
Desa Jeblog ini terletak di Kecamatan Karanganom, Klaten. Sudah sejak lama desa ini memiliki nama yang berkonotasi kurang baik ini.
Dalam bahasa Jawa, jeblog memiliki arti becek atau berlumpur. Istilah jeblog juga sering disematkan untuk menyebut prestasi yang jelek.
"Di sini ini daerah rawa, kata orang tua-tua dulu. Karena becek, berawa-rawa dan berair dinamakan Jeblog," kata warga desa setempat, Abdul Ngalim.
Tanah desanya, sambung Abdul Ngalim, awal mulanya tanah OG (government) milik kolonial Belanda. Di utara desa yang merupakan wilayah Desa Ponggok, kata Ngalim, dulunya ada pabrik gula dan sebagian desanya untuk pembuangan limbah tetes.
Kondisi itu membuat desanya pada masa lalu selalu becek dan dinamakan jeblog.
Namun, air yang melimpah membuat desanya relatif makmur dibandingkan daerah lain. Sektor pertanian, perikanan dan pariwisata menjadi andalan tetapi pertanian yang paling dominan.
Nama Desa Cawet yang paling unik ada di halaman berikutnya
(ahr/aku)