Mengenal Mitos Anak Berambut Gimbal di Dieng Jawa Tengah

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 02 Sep 2022 00:00 WIB
Ruwatan bocah berambut gimbal di Dieng. Foto: Agung Pambudhy
Solo -

Bagi kamu penggemar lagu reggae tentu mengenal Bob Marley. Pria berambut gimbal itu merupakan salah satu penyanyi reggae papan atas.

Gaya rambutnya merupakan salah satu tren di kalangan kelompok masyarakat tertentu, termasuk para penggemar musik reggae. Rambut yang dipilin-pilin itu biasa disebut dengan rambut gimbal.

Namun, di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, terdapat anak-anak yang memiliki rambut gimbal secara alami. Banyak mitos yang dipercaya oleh masyarakat mengenai fenomena rambut gimbal di daerah itu.

Meski memiliki rambut yang terkesan gembel, anak-anak di Dieng yang memiliki rambut gimbal justru dianggap memiliki keistimewaan. Mitos yang berkembang di daerah Dieng menyebut bahwa mereka merupakan titisan dari Kyai Kolodite, tokoh pelindung yang hidup pada masa lampau.

Dalam Jurnal Warna yang diterbitkan Juni 2017, Eki Satria menuliskan anak berambut gimbal memiliki daya linuwih (kelebihan) dibanding anak-anak normal. Masyarakat Dieng tidak berani bersikap sembrono atau kurang ajar terhadap anak gimbal.

Di jurnal berjudul Tradisi Ruwatan Anak Gimbal di Dieng itu, keberadaan anak gimbal di keluarga dianggap sebagai berkah dan pelindung dari marabahaya. Tak heran jika semua permintaannya selalu dituruti.

"Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa mengingat masyarakat Tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan diluar diri manusia," Tulis Eki Satria dalam jurnal tersebut.

Meski demikian, fenomena rambut gimbal di Dieng memang terlihat aneh. Rambut ini tidak bisa dihilangkan meski telah dipotong. Rambut akan kembali tumbuh gimbal saat mulai memanjang.

Untuk bisa menjadi normal, memotong bocah rambut gimbal harus melalui sebuah ritual ruwatan. Ruwatan ini tidak bisa dilakukan setiap saat karena perlu persiapan-persiapan khusus dan tentu saja biaya untuk pelaksanaannya.

Ruwatan biasa dilakukan dengan melakukan acara selamatan dan menyediakan tumpeng. Orang tua juga harus menuruti permintaan bocah yang akan diruwat atau yang biasa disebut dengan bebono.

Ruwatan Massal

Makna dari pemotongan rambut gimbal ini sendiri sebagai upaya dan tradisi untuk membersihkan lahir dan batinnya dari pengaruh jahat, agar dalam kehidupan dan perkembangannya terhindar dari gangguan kekuatan gaib yang berada dalam dirinya.

Rangkaian dimulai beberapa hari sebelum dilakukan ruwatan. Para tetua adat akan melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dianggap suci dan mengambil air dari tujuh sumber mata air yang ada di Dataran Tinggi Dieng.

Untuk memperingan beban warga yang memiliki anak berambut gimbal, masyarakat sekitar berinisiatif untuk menggelar acara ruwatan secara massal. Beberapa biaya yang muncul untuk menggelar ruwatan dan selamatan bisa ditanggung bersama.

Bahkan, belakangan kegiatan ruwatan ini menjadi sebuah kegiatan budaya yang memiliki nilai jual. Banyak wisatawan yang tertarik untuk melihatnya dalam ajang Dieng Culture Festival.

Kisah tentang Kyai Kolodite di halaman selanjutnya




(ahr/dil)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork