Mengenal Mitos Anak Berambut Gimbal di Dieng Jawa Tengah

Mengenal Mitos Anak Berambut Gimbal di Dieng Jawa Tengah

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 02 Sep 2022 00:00 WIB
Anak berambut gimbal mengikuti prosesi ruwatan (pemotongan rambut) di Komplek Candi Arjuna Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (30/6/2013). File/detikFoto.
Ruwatan bocah berambut gimbal di Dieng. Foto: Agung Pambudhy
Solo -

Bagi kamu penggemar lagu reggae tentu mengenal Bob Marley. Pria berambut gimbal itu merupakan salah satu penyanyi reggae papan atas.

Gaya rambutnya merupakan salah satu tren di kalangan kelompok masyarakat tertentu, termasuk para penggemar musik reggae. Rambut yang dipilin-pilin itu biasa disebut dengan rambut gimbal.

Namun, di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, terdapat anak-anak yang memiliki rambut gimbal secara alami. Banyak mitos yang dipercaya oleh masyarakat mengenai fenomena rambut gimbal di daerah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski memiliki rambut yang terkesan gembel, anak-anak di Dieng yang memiliki rambut gimbal justru dianggap memiliki keistimewaan. Mitos yang berkembang di daerah Dieng menyebut bahwa mereka merupakan titisan dari Kyai Kolodite, tokoh pelindung yang hidup pada masa lampau.

Dalam Jurnal Warna yang diterbitkan Juni 2017, Eki Satria menuliskan anak berambut gimbal memiliki daya linuwih (kelebihan) dibanding anak-anak normal. Masyarakat Dieng tidak berani bersikap sembrono atau kurang ajar terhadap anak gimbal.

ADVERTISEMENT

Di jurnal berjudul Tradisi Ruwatan Anak Gimbal di Dieng itu, keberadaan anak gimbal di keluarga dianggap sebagai berkah dan pelindung dari marabahaya. Tak heran jika semua permintaannya selalu dituruti.

"Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa mengingat masyarakat Tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan diluar diri manusia," Tulis Eki Satria dalam jurnal tersebut.

Meski demikian, fenomena rambut gimbal di Dieng memang terlihat aneh. Rambut ini tidak bisa dihilangkan meski telah dipotong. Rambut akan kembali tumbuh gimbal saat mulai memanjang.

Untuk bisa menjadi normal, memotong bocah rambut gimbal harus melalui sebuah ritual ruwatan. Ruwatan ini tidak bisa dilakukan setiap saat karena perlu persiapan-persiapan khusus dan tentu saja biaya untuk pelaksanaannya.

Ruwatan biasa dilakukan dengan melakukan acara selamatan dan menyediakan tumpeng. Orang tua juga harus menuruti permintaan bocah yang akan diruwat atau yang biasa disebut dengan bebono.

Ruwatan Massal

Makna dari pemotongan rambut gimbal ini sendiri sebagai upaya dan tradisi untuk membersihkan lahir dan batinnya dari pengaruh jahat, agar dalam kehidupan dan perkembangannya terhindar dari gangguan kekuatan gaib yang berada dalam dirinya.

Rangkaian dimulai beberapa hari sebelum dilakukan ruwatan. Para tetua adat akan melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dianggap suci dan mengambil air dari tujuh sumber mata air yang ada di Dataran Tinggi Dieng.

Untuk memperingan beban warga yang memiliki anak berambut gimbal, masyarakat sekitar berinisiatif untuk menggelar acara ruwatan secara massal. Beberapa biaya yang muncul untuk menggelar ruwatan dan selamatan bisa ditanggung bersama.

Bahkan, belakangan kegiatan ruwatan ini menjadi sebuah kegiatan budaya yang memiliki nilai jual. Banyak wisatawan yang tertarik untuk melihatnya dalam ajang Dieng Culture Festival.

Kisah tentang Kyai Kolodite di halaman selanjutnya

Mitos Kyai Kolodite

Masyarakat di dataran tinggi Dieng meyakini bahwa bocah berambut gimbal merupakan titisan dari Kyai Kolodite. Sosok ini dianggap seorang tokoh yang sakti dan pelindung bagi masyarakat pada masa lampau.

Kyai Kolodete yang berambut gimbal ini adalah anak Kyai Badar, perangkat desa di masa kejayaan Mataram. Kesaktian Kyai Badar jauh di atas kesaktian Kyai Kolodite.

Saat terdapat pemilihan kepala desa, Kyai Kolodite didorong oleh masyarakatnya untuk memimpin daerah tersebut. Namun, ternyata hal itu tidak disetujui oleh penguasa Mataram. hal itu membuat Kyai Kolodite kecewa dan menyepi.

Dalam doa dan semedinya, Kyai Kolodite meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk tetap bisa mengayomi masyarakatnya.

Dia juga bersumpah, bila keinginannya tak terkabul, dia akan menitiskan rohnya pada anak yang baru lahir atau sedang mulai bisa berjalan. Sebagai tanda titisannya, si anak akan berambut gimbal dan dianggap sebagai cucu dari Kyai Kolodete yang berkekuatan gaib itu.

Halaman 2 dari 2
(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads