Dalam bahasa Jawa, peribahasa menduduki peran yang cukup penting. Tak hanya untuk menyampaikan ajaran moral lewat proses peneladanan, peribahasa Jawa juga bisa untuk mengungkapkan kemarahan. Berikut daftar 12 peribahasa Jawa yang perlu kamu tahu agar paham kalau ada orang yang sedang marah padamu.
Dikutip dari buku Peribahasa Dalam Bahasa Jawa yang diterbitkan Balai Bahasa Provinsi DIY pada 2015, peribahasa dalam bahasa Jawa dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu bebasan, saloka, pepindahan, sanepa, dan isbat.
Adapun 12 contoh peribahasa untuk mengungkapkan ekspresi marah ini termasuk dalam kelompok bebasan. Bebasan adalah satuan lingual yang tetap pemakaiannya, mengandung makna perumpamaan.
Jadi, ciri bebasan ialah bentuk kias, makna perumpamaan, yang diumpamakan keadaan atau barang. Yang dipentingkan keadaannya, tetapi kadang-kadang juga tindakannya (Adi Triyono dkk, 2015: 9).
12 Contoh Bebasan Kemarahan
Bebasan dalam kelompok ini seringkali digunakan untuk mengejek, mencemooh, menghina, dan juga menantang orang lain (pria). Berikut 12 contohnya, lengkap dengan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dan maknanya.
1. Murah jamine pepe
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah muntah jamunya pepe. Jamu pepe adalah jamu untuk anak kecil yang dianggap memberikan kekuatan. Kalau jamu itu dimuntahkan, kekuatan seseorang akan hilang. Jadi, bebasan ini untuk menghina orang yang lemah dan tidak bertenaga, dianggap seperti anak kecil yang memuntahkan jamu pepe.
2. Durung ilang pupuk lempuyange
Belum hilang pupuk lempuyangnya. Pupuk lempuyang adalah semacam param atau boreh dari rimpang lempuyang yang biasa ditempelkan di dahi atau ubun-ubun anak kecil di Jawa agar tak kena penyakit cacingan, masuk angin, kembung, dan lain-lain.
3. Durung bisa sisi
Belum dapat membuang ingus. Bebasan ini menyamakan seseorang seperti anak kecil atau dianggap sepele. Bagi seorang pria Jawa, dianggap seperti anak kecil yang belum bisa membuang ingus merupakan penghinaan besar.
4. Gondhelan poncoting tapih
Berpegang ujung kain. Menunjukkan kebiasaan anak kecil yang berpegangan pada ujung kain (rok atau kebaya seorang wanita dewasa) ketika merasa malu atau takut ditinggalkan.
5. Caweta rekan wadone
Bercawatlah sampai wanitanya. Bebasan ini merupakan bentuk tantangan dalam kalimat seru. Zaman dulu, pria-pria di Jawa mengenakan kain yang akan dicawatkan ketika harus melakukan sesuatu yang membutuhkan ketangkasan. Sedangkan wanita Jawa tidak memakai kain tersebut.
Jadi, bebasan ini mengiaskan bahwa orang yang mengucapkannya bersedia berkelahi meski orang itu sampai dibantu oleh rekan-rekan wanitanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Simak Video "Video: Cerita Pria Jogja Tawarkan Baca Novel Bahasa Jawa Gratis di Kawasan Titik Nol"
(dil/rih)