5 Tarian Jawa Tengah yang Tak Melulu Lemah Gemulai

5 Tarian Jawa Tengah yang Tak Melulu Lemah Gemulai

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 09 Jul 2022 01:00 WIB
Ratusan penari Dolalak ikut sosialisasikan pilkada di Purworejo, Sabtu (21/4/2018).
Ratusan penari Dolalak ikut sosialisasikan pilkada di Purworejo, Sabtu (21/4/2018). Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Solo -

Tarian Jawa Tengah tidak melulu lemah gemulai. Selain tari-tari tradisional yang bersumber dari Keraton Solo, masih ada banyak tarian Jawa Tengah yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat dengan bermacam latar belakang budaya. Berikut sejumlah tarian Jawa Tengah yang menampilkan gerakan energik alias penuh semangat.

1. Tari Gongcik

Gongcik atau Gong Cik merupakan tarian yang memadukan seni tradisi bela diri. Meski pertunjukannya juga diiringi dengan musik gamelan, Gongcik memiliki ciri yang jauh berbeda dengan tari-tari tradisional dari keraton.

Dikutip dari laman resmi Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Gongcik memiliki sejarah yang panjang. Pada masa kolonial, pemerintah Belanda melarang rakyat mempelajari silat dan beragam seni bela diri lainnya. Namun, rakyat di wilayah Pati punya siasat tersendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengelabui Belanda, rakyat Pati tetap berlatih silat dengan cara menambahkan permainan musik gamelan sebagai pengiringnya. Hingga kini, jurus-jurus silat yang diramu dengan gerak tari itu masih lestari di Pati.

2. Tari Emprak

Tari Emprak adalah jenis pengembangan kesenian rakyat Emprak dari Kabupaten Jepara, yaitu seni peran yang mengangkat pesan moral. Tari Emprak dimainkan oleh 9-15 orang, semuanya lelaki.

ADVERTISEMENT

Tidak seperti tarian Jawa Tengah pada umumnya yang diiringi gamelan, Tari Emprak biasanya diiringi musik selawatan. Alat musik pengiringnya meliputi rebana besar, rebana kecil, dan kentongan.

Kostum dan riasan penari Emprak ini terbilang unik, yaitu kaos, sarung, dan topi bayi. Tarian Jawa Tengah asal Jepara ini biasanya dipentaskan semalam suntuk. Para penari itu duduk lesehan berjajar di lantai atau di panggung beralaskan tikar.

3. Tari Kretek

Tari Kretek merupakan tarian Jawa Tengah yang berasal dari Kabupaten Kudus. Tari ini menggambarkan kerja para buruh rokok, dari memilih tembakau hingga rokok siap dipasarkan.

Tarian Jawa Tengah ini dimainkan oleh sejumlah penari perempuan dan lelaki. Penari perempuan itu sebagai representasi buruh mbatil. Buruh mbatil adalah buruh yang kerjanya menggunting atau merapikan ujung-ujung rokok.

Sedangkan penari lelaki itu sebagai representasi dari seorang mandor. Mandor itu berperan sebagai atasan yang mengawasi kerjanya para buruh rokok. Mandor pula yang berkuasa menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

4. Tari Dolalak

Tari Dolalak adalah tarian Jawa Tengah asal Kabupaten Purworejo. Dikutip dari detikNews, tari ini merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda. Nama Dolalak diambil dari tangga nada Do dan La. Sebab, tarian ini awalnya hanya diiringi dengan alat musik dua nada.

Awalnya, tari ini dimainkan oleh para laki-laki dengan kostum unik menyerupai serdadu Belanda. Seiring berjalannya waktu, Tari Dolalak dimainkan para wanita. Biasanya mereka mengenakan kaca mata hitam.

Menurut pengelola Grup Dolalak Arum Sari, Eny Nur Wahyuningsih, tari ini terinspirasi dari perilaku serdadu Belanda ketika beristirahat di barak.

"Saat beristirahat itu para serdadu Belanda berpesta, minum minuman keras dan berdansa. Aktivitas itu kemudian ditiru orang pribumi dan terciptalah gerakan yang sederhana dan berulang-ulang yang kemudian dinamakan tarian Dolalak," kata Eni kepada detikNews, Selasa (3/4/2018).

5. Tari Lengger

Lengger yang biasa disebut ronggeng adalah tarian Jawa Tengah dari Kabupaten Banyumas. Menurut penari Otniel Tasman, lengger adalah seni tradisi pertunjukan tari yang berkarakter feminim, umumnya ditarikan oleh laki-laki. Namun, seiring perkembangan zaman, lengger kini terbuka untuk ditarikan oleh siapa saja dan dari gender apa saja.

"Tubuh penari lengger itu menyimpan banyak wacana. Kita bisa obrolkan lengger dari isu estetika, isu lingkungan, isu gender, dan banyak lainnya," kata Otniel Tasman, Direktur Jagad Lengger Festival dalam keterangan tertulisnya yang dikirimkan ke detikJateng, Rabu (22/6).

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Belajar Tari Jaipong di Kongsi8 x Sucitta Art"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads