Bulu tangkis atau badminton termasuk jenis olahraga permainan tertua, berevolusi sejak abad pertama sampai 1870-an. Satu fakta sejarah yang menarik, lapangan bulu tangkis pernah dipersempit di bagian tengahnya saat All England Championship 1901. Ternyata, ada cerita lucu di balik lapangan yang mirip jam pasir itu.
Untuk diketahui, lapangan bulu tangkis saat ini berbentuk persegi panjang dengan lebar yang rata dari kedua ujung hingga ke tengahnya. Tapi pada masa awal bulu tangkis dikembangkan di Inggris, bentuk lapangannya tidaklah demikian.
Di bagian tengah lapangan, tempat untuk membentangkan jaring atau net, sengaja dibuat agak menyempit atau menjorok ke dalam di kedua sisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Betty Uber dalam bukunya, "A Brief History of Badminton from 1870 to 1949", menyempitnya lapangan itu bermula saat bulu tangkis pertama kalinya dimainkan di dalam ruangan di Inggris. Tepatnya di Badminton Park, rumah pedesaan yang besar milik keluarga Duke of Beaufort di pedesaan Badminton, Gloucestershire.
Sebelumnya, pedesaan Badminton sudah dikenal sebagai pusatnya olahraga. Badminton Park itu punya andil besar, bahkan menjadi arena untuk banyak jenis olahraga. Salah satunya adalah pacuan kuda, yang masih diselenggarakan sampai sekarang tiap tahun sekali.
Suatu hari pada 1870-an, tulis Betty dalam bukunya (Read Books Ltd, 2011), Duke of Beaufort menerima tamu sejumlah perwira tentara yang sedang cuti dari penugasannya di India. Kepada para perwira tersebut, si empunya Badminton Park itu memperkenalkan permainan 'baru' untuk menghibur mereka selama cuaca buruk.
Permainan itu tak lain pengembangan dari battledore dan shuttlecock. Battledore adalah permainan tradisional memukul kok ke atas dengan tongkat kayu. Setelah mengalami modifikasi, battledore mulai dimainkan antara dua orang atau dua pasangan yang berhadapan dan dipisahkan oleh jaring.
Namun, dinding samping ruangan di Badminton Park itu ternyata punya dua pintu besar yang membukanya ke arah dalam. Agar orang-orang yang keluar masuk ruangan itu tidak mengganggu permainan yang sedang berlangsung, tulis Betty, dibuatlah garis yang memotong lebar tengah lapangan. Sehingga terjadi penyempitan di bagian jaring atau net.
"Dan, jadilah lapangan berbentuk 'jam pasir' itu. Yang mengherankan adalah bahwa lapangan berbentuk 'konyol' itu diterima sebagai kebenaran, yang belakangan, pada 1901, tiga All-England Championships benar-benar dilangsungkan di bawah kondisi tersebut (menggunakan lapangan jam pasir)," ungkap Betty.
(dil/rih)