Taring Padi Tulis Pernyataan Terbuka, Bantah Karyanya Anti-Semit

Taring Padi Tulis Pernyataan Terbuka, Bantah Karyanya Anti-Semit

Tim detikHot - detikJateng
Rabu, 22 Jun 2022 18:00 WIB
Cardboards, work of the collective Taring Padi from Indonesia are seen at the Friedrichsplatz square in front of the Fridericianum Museum, one of the venues of the documenta fifteen contemporary art exhibition, in Kassel, central Germany, on June 16, 2022. - documenta 15 tales place in Kassel from June 18 to September 25, 2022 and is curated by the Indonesian artists collective ruangrupa. - RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION (Photo by Ina FASSBENDER / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY MENTION OF THE ARTIST UPON PUBLICATION - TO ILLUSTRATE THE EVENT AS SPECIFIED IN THE CAPTION (Photo by INA FASSBENDER/AFP via Getty Images)
Salah satu karya Taring Padi. (Foto: AFP via Getty Images/INA FASSBENDER)
Solo -

Karya seni ciptaan Taring Padi di pameran Documenta Fifteen yang baru saja dibuka di Kassel, Jerman dituduh anti-Semitisme atau anti-Yahudi. Kolektif seni asal Jogja itu sudah meminta maaf melalui pernyataan terbuka di akun Instagram.

"Karya kami tidak mengandung konten yang bertujuan untuk menggambarkan populasi mana pun secara negatif," tegas Taring Padi, di akun Instagram, seperti dikutip detikHot, Rabu (22/6/2022).

"Karakter, tanda, karikatur, dan kosa kata visual lainnya dalam karya-karya tersebut secara khusus terkait budaya dengan pengalaman kita sendiri," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka juga membantah karyanya terkait dengan isu anti-Semit yang beredar sejak pembukaan documenta fifteen.

"Pameran Keadilan Rakyat di Friedrichsplatz adalah presentasi pertama spanduk dalam konteks Eropa dan Jerman. Ini sama sekali tidak terkait dengan anti-Semitisme. Kami mohon maaf bahwa detail spanduk ini disalahpahami selain dari tujuan aslinya," tukasnya.

ADVERTISEMENT

Karya instalasi yang berbentuk spanduk berskala besar itu dibuat 20 tahun lalu atau sekitar tahun 2002. Melalui akun Instagram pribadinya, Taring Padi menjelaskan mengenai konteks karya tersebut.

Keadilan Rakyat dibuat Taring Padi sebagai kampanye melawan militerisme dan kekerasan yang terjadi selama masa pemerintahan era Suharto.

"Pemasangan spanduk Keadilan Rakyat (2002) adalah bagian dari kampanye melawan militerisme dan kekerasan yang kami saksikan selama 32 tahun kediktatoran militer Suharto di Indonesia dan warisannya yang terus berdampak hingga saat ini," terang Taring Padi

Taring Padi juga menjelaskan penggambaran tokoh militer pada spanduk merupakan ekspresi dari pengalaman tersebut. Semua tokoh yang tergambar mengacu pada simbolisme yang tersebar luas dalam konteks politik Indonesia.

Mereka menggambarkan simbol pemerintahan yang korup, para jenderal militer dan tentara mereka, yang dilambangkan sebagai babi, anjing dan tikus untuk mengkritik sistem kapitalis yang eksploitatif dan kekerasan militer.

Spanduk Keadilan Rakyat pertama kali dipamerkan di Festival Seni Australia Selatan di Adelaide pada tahun 2002. Sejak itu, spanduk tersebut telah ditampilkan di banyak tempat dan konteks yang berbeda. Tapi untuk pertama kalinya spanduk Keadilan Rakyat itu dipajang di Jerman dan mendapatkan reaksi yang keras.

Sebelumnya diberitakan, karya seni ciptaan Taring Padi di pameran Documenta Fifteen yang baru saja dibuka di Kassel, Jerman dituduh anti-Semitisme atau anti-Yahudi. Karya seni instalasi ciptaan Taring Padi itu telah ditutupi kain hitam.

Direktur Documenta, Sabine Schormann, dalam keterangan resmi di situsnya mengatakan bersama ruangrupa, tim artistik, dan para seniman yang berpartisipasi menjanjikan tidak ada karya seni anti-Semit dalam Documenta Fifteen.

"Kalau tidak, kami akan turun tangan. Sayangnya, kami tidak menepati janji. Ini seharusnya tidak terjadi," ungkapnya.

Dia mengatakan langsung ambil tindakan saat mengetahui adanya citra anti-Semit pada karya seni Taring Padi. Salah satu pada awalnya yakni berdiskusi dengan semua orang yang terlibat dan kemudian diputuskan untuk menutup karya seni lukisan itu.

"Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa semua yang terlibat sangat menyesal telah melewati batas dan menyakiti perasaan. Kami juga meminta maaf atas fakta bahwa penggambaran anti-Semit tidak dikenal sebelum karya itu dipasang," jelas dia.




(aku/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads