Dua guci kuno ditemukan Harun Talla (55), pembuat batu bata asal Dusun Karanganyar, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Dua guci itu dia temukan saat menggali tanah untuk membuat batu bata.
Suatu hari pada 1999, sekitar pukul 18.15 WIB, Harun sebenarnya sudah selesai bekerja. "Tapi seperti ada yang membisiki saya agar menggali tanah lagi untuk membuat adukan," kata Harun kepada detikJateng, Sabtu (11/6/2022) siang.
Harun pun mengayunkan cangkulnya pelan. Baru tiga ayunan, di kedalaman sekitar 1,2 meter, ujung cangkulnya mengenai batu. "Di bawah batu itu ada dua guci ini. (Guci) yang besar di bawah, yang kecil menutup yang besar. (Guci) Tidak ada isinya. Di sekitarnya tidak ada benda lain," ujar Harun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dibersihkan, dua guci itu dia bawa pulang. Dua guci itu dirawat bersama satu gerabah berbentuk kendi yang dia temukan setahun kemudian. "Kalau kendi ini saya temukan setahun setelah dua guci itu, sekitar 100 meter dari lokasi penemuan guci," kata Harun.
Harun mengatakan, guci kuno itu banyak peminatnya. "Ada yang menawar Rp 500 (ribu). Belum lama ini ada yang menawar Rp 7,5 juta," ujarnya. Namun, Harun masih ingin merawat dua guci itu.
Selama menjadi pembuat batu bata, Harun beberapa kali menemukan kendi yang terkubur namun tak ia bawa pulang. Dia juga pernah menemukan sebilah pedang lapuk dan tameng, dakon (alat permainan tradisional) dari batu, hingga tusuk konde.
"Dakon itu bukan dari kayu, tapi batu. Saya taruh di lokasi tapi entah dimana sekarang," kata Harun.
![]() |
Tetangga Harun, Sri Tunggal, mengatakan ada beberapa pembuat batu bata di kampungnya. Namun, tidak semuanya pernah menemukan benda kuno. "Yang paling sering dapat ya Mas Harun, tak hanya guci. Gucinya pernah ditawar pencari barang antik, tapi tidak dijual," ungkap Sri kepada detikJateng.
Dari pengamatan detikJateng, guci tanah liat temuan Harun itu berdiameter sekitar 15 centimeter. Tingginya sekitar 30 centimeter. Di dekat mulut guci itu terdapat empat pegangan yang ditempelkan dengan sederhana.
Ada satu lubang seperti cerek, tapi tak tembus sampai ke dalam. Tak ada ornamen lain selain warna hijau muda pada separuh badan guci itu. Satu guci lainnya lebih kecil, tingginya sekitar 8 centimeter. Bahan pembuatnya sama. Namun, warna hijau mudanya mirip motif titik.
Menurut pembuat batu bata lain di Dusun Karanganyar, Sunarto (45), mantan rekan kerjanya itu juga pernah menemukan pedang dan tameng. "Dulu banyak orang mencari emas di sekitar sini, di sungai atau di saluran. Di selatan desa ada sungai," kata Sunarto kepada detikJateng.
Selain Harun, Sunarto menambahkan, para pembuat batu bata di dusunnya biasanya hanya menemukan batu bata berukuran besar. "Batu bata ukuran besar itu banyak ditemukan di tegalan. Sampai sekarang pun masih ada yang nemu," ungkap Sunarto.
detikJateng pun mencoba mencari batu bata besar itu. Di tepi jalan depan rumah Mulyadi, warga setempat, tampak dua batu bata kuno yang ditumpuk begitu saja. Batu bata itu panjangnya 30 centimeter, lebar 18 centimeter ,dan tebal 10 centimeter.
![]() |
"Kalau menggali tanah (untuk membuat batu bata) sering menemukan batu bata kuno," kata Mulyadi kepada detikJateng. "Kata orang tua, di dekat sungai ke utara, dulu pada zaman Belanda ada jalur rel. Tapi sekarang sudah hilang," imbuh dia.
Sementara itu, Analis Cagar Budaya dan Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten Avi Satyawira mengaku belum bisa menduga lebih jauh tentang dua guci temuan Harun. "Kunonya iya, kuno, kita sudah data. Tapi kita belum bisa menduga guci itu dibuat kapan, di era dinasti atau kerajaan," kata Avi saat dikonfirmasi detikJateng.
(dil/dil)