Arak-arakan Sapi Keliling Kampung Warnai Tradisi Syawalan di Boyolali

Arak-arakan Sapi Keliling Kampung Warnai Tradisi Syawalan di Boyolali

Jarmaji - detikJateng
Senin, 09 Mei 2022 14:44 WIB
Ratusan sapi mengikuti tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022).
Tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Tradisi arak-arakan sapi dalam peringatan Syawalan di Boyolali berlangsung meriah. Ratusan ekor sapi milik warga di lereng Gunung Merapi sisi timur itu dikirab keliling kampung.

Tradisi unik ini digelar warga lingkungan RW 04, Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

"Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak dahulu (zaman nenek moyang). Sejak saya lahir sudah ada tradisi ini," kata Jaman, Ketua RW 04 Desa Sruni, di sela-sela kegiatan, Senin (9/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian sapi dihias dan dikalungi ketupat. Tampak pula hewan ternak kambing milik warga juga ikut diarak.

Angon sapi yang merupakan tradisi tahunan ini digelar di akhir perayaan lebaran atau di H+7 Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau Syawalan. Sehingga oleh masyarakat setempat juga biasa disebut bakdo kupat dan bakdo sapi.

ADVERTISEMENT

Bakdo kupat karena hari ini warga juga menggelar kupatan, dan bakdo sapi karena pada tradisi ini warga membawa ternak sapinya keluar kandang digembala keliling kampung.

"Ini mengikuti Nabi Sulaiman yang dulu diperintah Allah, untuk mengurusi hewan peliharaan baik berkaki 2 maupun 4. Jadi tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman dahulu," jelas dia.

Ratusan sapi mengikuti tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022).Ratusan sapi mengikuti tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng

Tradisi ini diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauknya. Ratusan warga dari 4 RT di Dukuh Mlambong, Rejosari dan Gedongsari mengikuti kenduri yang digelar di jalan dukuh setempat.

Setelah kenduri, warga kemudian membawa sapi-sapinya keliling kampung. Banyaknya sapi yang dibawa, sehingga jalan di kampung itu seakan dipenuhi sapi.

Sebuah gunungan ketupat dan sayuran hasil bumi ikut diarak. Kesenian tari tradisional juga turut memeriahkan dalam arak-arakan ini. Ratusan warga dari berbagai wilayah sekitar pun ikut menonton dan tak sedikit pula yang mengabadikan momen tradisi yang berlangsung setahun sekali itu dengan menggunakan kamera telepon seluler maupun kamera digital. Tradisi ini pun berlangsung meriah.

Di ujung jalan, gunungan ketupat dan sayur-mayur hasil bumi itu pun diturunkan dan diberikan kepada sapi-sapi yang diarak. Tampak, sapi-sapi itu pun mengelilingi gunungan dan memakan gunungan ketupat maupun sayuran.

Lebih lanjut, Jaman mengemukakan, acara tradisi ini juga sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan rezekinya melalui hewan ternak sapi. Sekaligus memohon kepada Tuhan agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik. Karena melalui ternak sapi, khususnya sapi perah telah mampu menopang rezeki warga.

Salah seorang warga setempat, Rohmad, berharap tradisi syawalan dengan arah-arakan sapi keliling kampung ini dapat terus dilestarikan.

"Tradisi ini harus dilestarikan, budaya ini harus dilestarikan untuk anak cucu kita," harapnya.

Ratusan sapi mengikuti tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022).Ratusan sapi mengikuti tradisi angon atau arak-arakan sapi dalam syawalan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto, yang juga menghadiri tradisi ini, mengapresiasi tradisi yang terus dilestarikan warga di Dukuh Mlambong, Desa Sruni ini.

"Harapannya tentu masyarakat lebih total dalam mengelola sapinya sehingga ini menjadi motivasi bagi seluruh masyarakat untuk terus hidup bersama (beternak) sapi-sapinya," kata Darmanto ditemui di lokasi disela-sela acara.

Menurut dia, ternak sapi bagi masyarakat Boyolali pada umumnya dan Desa Sruni pada khususnya sudah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan. Hampir setiap rumah warga memiliki ternak sapi.

"Di momen hari raya Idul Fitri, masyarakat memperlakukan sapi seperti bagian hidupnya tadi (memuliakan sapi). Ketika dia suka, sapinya harus suka, ketika dia sedih sapinya ikut sedih. Ini tradisi yang baik sebagai peninggalan warisan budaya dari pendahulu kita yang wajib hukumnya untuk kita lestarikan," tegasnya.

"Tentu tugas kita adalah pemajuan. Pemajuan itu ada pelestarian, ada perlindungan, ada pembinaan, dan penggunaan," pungkas Darmanto.




(rih/ams)


Hide Ads