Menekraf Sebut Ekspor Ekraf Jateng Terbesar Kedua Nasional, Tembus Rp 53 T

Menekraf Sebut Ekspor Ekraf Jateng Terbesar Kedua Nasional, Tembus Rp 53 T

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Sabtu, 01 Nov 2025 00:26 WIB
Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya usai Perayaan Hari Ekraf Nasional, di Gedung Gradhika Kantor Pemprov Jateng, Kecamatan Semarang Barat, Jumat (31/10/2025).
Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya usai Perayaan Hari Ekraf Nasional, di Gedung Gradhika Kantor Pemprov Jateng, Jumat (31/10/2025) malam. (Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Semarang -

Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya, menyebut nilai ekspor produk ekonomi kreatif di Jateng mencapai Rp 53 triliun pada semester I tahun 2025. Dia menegaskan Presiden Prabowo Subianto sudah menetapkan Jateng sebagai salah satu dari 15 provinsi pengembangan ekonomi kreatif prioritas.

"Jawa Tengah merupakan provinsi ekspor ekraf terbesar kedua secara nasional, di mana pada semester 1 nilainya adalah sekitar Rp 53 triliun. Ini data dari bea cukai," kata Teuku Riefky usai Perayaan Hari Ekraf Nasional di Gradhika, Jumat (31/10/2025) malam.

"Jawa Tengah juga merupakan provinsi investasi sektor ekraf terbesar ketiga, jumlahnya Rp 11,45 triliun pada semester 1," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, Presiden RI Prabowo Subianto telah menetapkan Jateng sebagai salah satu dari 15 provinsi pengembangan ekonomi kreatif prioritas.

"Bapak Presiden Prabowo juga telah menetapkan Jawa Tengah sebagai salah satu dari 15 provinsi pengembangan ekraf prioritas," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"(Ekspor terbesar?) Masih dari fashion, kuliner, kriya. Tapi harapannya juga yang sedang bertumbuh pesat adalah games, musik, film dan animasi," ungkapnya.

Menurut Teuku Riefky, potensi besar terletak pada modest fashion dan wellness product yang juga disebut sedang dikembangkan di Solo.

"Jawa Tengah banyak sekali, ada 12 kabupaten kota kreatif dan ini kita akan dukung terus, sehingga membantu tidak hanya lapangan pekerjaan tetapi meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tuturnya.

Riefky menyebut, keberhasilan Jateng tidak lepas dari sinergi antara pemerintah daerah, komunitas kreatif, pelaku usaha, akademisi, hingga media. Ia juga menyoroti perlunya dukungan lembaga keuangan agar pelaku ekraf bisa mengakses pembiayaan secara adil.

"Kementerian sendiri juga sudah mengeluarkan mengeluarkan Permen tentang jasa penilai untuk IP (intellectual property), sehingga nanti tumbuh konsultan-konsultan penilai yang bisa menghitung keekonomian dari hasil kegiatan-kegiatan ekraf ini," jelasnya.

Teuku Riefky optimistis industri kreatif Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru yang tumbuh dari daerah.

"Cita-cita kita adalah bagaimana produk-produk kreatif kita ini bisa mendunia, bisa global. Jadi Indonesian Wave, Indonesian Pop itu harus terjadi dalam 5 tahun ke depan," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengatakan, fokus utama pemerintah provinsi bukan pada urutan atau angka, tetapi pada bagaimana sektor ekonomi kreatif mampu menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat.

"Kami tidak terpaku pada kuantitatif urutan, tetapi saya punya prinsip, ekonomi kreatif ini kan untuk menciptakan pekerjaan baru bagi diri sendiri dan orang lain, dan tidak terikat waktu, tempat, serta usia. Sehingga secara tidak langsung akan membuat ekonominya akan berkembang," tuturnya.

Menurut Luthfi, semangat utama pengembangan ekonomi kreatif di Jawa Tengah adalah membangun 'embrio ekonomi baru' yang mampu tumbuh dari kreativitas masyarakat. Ia menyebut hal ini sejalan dengan arah pembangunan provinsi yang tengah mendorong investasi padat karya.

"Kalau padat karya apa? Dia harus banyak karyawan atau sumber daya manusia terpakai, sehingga secara tidak langsung akan mengurangi angka pengangguran di tempat kita," ujarnya.

"Dan ini terbukti di tempat kita sudah hampir pengangguran terbuka berkurang hampir 3,2 juta sudah terserap di wilayah kita," lanjutnya.




(aap/aap)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads