Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober menjadi momentum untuk mengingat masa kejayaan batik Indonesia. Ada beberapa daerah yang menjadi penghasil batik berkualitas dengan produk yang ikonik.
Salah satunya di Lasem, Rembang. Lasem memiliki salah satu batik legendaris yang dikenal dengan nama Batik Tiga Negeri. Proses pembuatan yang cukup rumit hingga memakan waktu hingga berbulan-bulan membuat harga batik Tiga Negeri mencapai jutaan rupiah.
Tidak hanya itu, kerumitan lain dalam proses pembuatan batik Tiga Negeri yakni konon pengerjaan warnanya harus melewati tiga daerah yakni Lasem untuk warna merah, Pekalongan untuk warna biru indigo, dan Solo untuk warna cokelat soga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, seiring berjalannya waktu kini seluruh proses bisa dilakukan di Lasem, namun nama Tiga Negeri tetap dipertahankan sebagai identitas budaya. Batik Tiga Negeri biasanya memiliki motif berupa lung-lungan, bunga, burung, hingga naga, dengan dominasi tiga warna utama tadi.
Jenis batik ini salah satunya masih diproduksi di sentra batik Tulis Lasem Sekarmulyo di Desa Babagan, Lasem, Rembang milik Joko Sri Purwanto. Joko menjelaskan bahwa harga batik Tiga Negeri bisa tembus Rp 3,5 juta sehelai.
![]() |
Proses Pembuatan 5 Bulan
Selain memiliki nilai sejarah yang tinggi yang membuatnya mahal ialah proses produksi batik Tiga Negeri. Rumitnya proses pembuatan batik ini bahkan bisa memakan waktu hingga lima bulan, terutama jika menggunakan pewarna alam.
"(Motif Tiga Negeri) Kalau motifnya rumit dengan warna alam, harganya bisa Rp 3,5 juta lebih. Prosesnya sampai 8 kali celup kering, baru dikunci pakai tawas dan air kapur," terang Joko saat ditemui detikJateng di Babagan, Lasem, Kamis (2/10/2025).
Diminati Pejabat hingga Ekspor
Meski harganya cukup mahal, Joko mengatakan, peminta batik Tiga Negeri cukup banyak. Peminatnya mulai dari dalam negeri hingga luar negeri. Biasanya, batik jenis ini pesanan dari para pejabat.
"Peminatnya kebanyakan para pejabat-pejabat. Ada juga pembelinya yang dari luar negeri. Seperti Singapura, Cina, Malaysia juga ada," terang Joko.
Tersisih Maraknya Batik Printing
Joko mengungkapkan, beberapa waktu lalu tren penjualan batik mengalami penurunan, termasuk batik jenis Tiga Negeri. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi nasional yang sedang terpuruk.
Ditambah adanya oknum yang memproduksi batik Tiga Negeri dengan metode printing. Dan dijual dengan harga yang murah, membuat penjualan batik tulis Lasem Tiga Negeri kian terpuruk.
"Tapi pasar Tiga Negeri sempat anjlok sampai 80 persen. Printing batik Tiga Negeri dijual murah Rp 150-250 ribu, itu yang membunuh harga sama kondisi ekonomi nasional itu juga berpengaruh," imbuh Joko.
Menurut Joko, penjualan mulai menunjukkan tanda perbaikan sejak Agustus-September 2025, meski jumlah produksi jauh menurun. Dari sebelumnya 50 helai batik Tiga Negeri per bulan di tahun 2024, kini hanya produksi sekitar 20 helai.
Sementara itu, Joko juga mengungkapkan untuk semua jenis batik tulis di rumah produksinya, jumlah produksinya turun dari 600 helai menjadi 200 helai per bulannya.
"Pemasaran 90 persen online, sisanya lewat showroom dan pameran. Di Sekarmulyo ada sekitar 200 perajin yang menggantungkan hidupnya dari batik tulis," imbuhnya.
(apl/alg)