Cerita Rumah Diapit 2 Jembatan Rel Kereta Cepat Bikin Penghuni Stres Berat

Internasional

Cerita Rumah Diapit 2 Jembatan Rel Kereta Cepat Bikin Penghuni Stres Berat

Danica Adhitiawarman - detikJateng
Rabu, 24 Sep 2025 12:58 WIB
Rumah Diapit Rel Kereta di Jiangsu, China.
Rumah Diapit Rel Kereta di Jiangsu, China. Foto: via Oddity Central
Solo -

Sebuah rumah di Provinsi Jiangsu, China, kini terjebak di antara dua jembatan rel kereta cepat setelah pemiliknya menolak ganti rugi nyaris Rp 12 miliar. Ternyata hidup di tengah proyek besar tidaklah mudah. Penghuninya mengalami stres berat hingga akhirnya bersedia pindah.

Dilansir detikProperti yang mengutip Oddity Central, Pemerintah China tengah membangun jalur kereta cepat yang menghubungkan Jiangsu, Zhejiang, dan Shanghai sejak 2020. Namun proyek senilai 38 miliar yuan atau sekitar Rp 88,9 triliun (kurs Rp 2.340) mengalami hambatan selama 2 tahun.

Semua rumah di desa tersebut sudah menyetujui pindah dan ganti rugi, kecuali milik seorang wanita bernama Bibi Zhang. Ia menolak relokasi meski ditawari kompensasi tinggi. Pemerintah setempat pada awalnya menawarkan ganti rugi 5 juta yuan (sekitar Rp 11,7 miliar) plus tiga rumah pengganti dengan ukuran yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permintaan Zhang terus meningkat ketika tawaran itu ditolak, hingga akhirnya dia menuntut ganti rugi hingga 200.000 yuan per meter persegi (sekitar Rp 468 juta/mΒ²). Jika seluruh tanah dan rumahnya dihitung, ia menuntut lebih dari Rp 233 miliar.

ADVERTISEMENT

Sikap keras Zhang membuat pembangunan proyek rel kereta cepat sempat ditunda selama dua tahun. Meski demikian, konstruksi rel sudah mencapai panjang 163,54 km dan mendekati penyelesaian.

Karena rumah Zhang belum direlokasi, kontraktor akhirnya membangun jembatan rel kereta di kedua sisi rumahnya. Dampaknya, rumah tersebut kini berada tepat diapit jembatan rel kereta.

Media domestik menyorot perkembangan legal dan mendokumentasikan foto/video rumah diapit rel yang kemudian viral. Kehidupan sang pemilik berubah drastis. Tekanan media, ekspos publik, dan konflik berkepanjangan membuatnya dilaporkan mengalami neurasthenia berat.

Akhirnya, setelah menjadi sorotan luas, Zhang memutuskan untuk menerima tawaran ganti rugi sesuai regulasi yang berlaku dan menyerah pada persyaratan pemerintah.


Artikel ini ditulis ulang oleh Ajril Lu'lu'a Zahroh peserta Program PRIMA Magang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads