Indonesia mendapatkan suntikan dana dari Uni Eropa sebesar 2,1 Juta Euro (sekitar Rp 39,6 miliar) untuk Proyek Low Carbon Rice. Program ini untuk menekan emisi karbon, dan meningkatkan pendapatan petani.
Head of Cooperation Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Thibaut Portevin, mengatakan bantuan ini diberikan untuk membantu tujuan Indonesia untuk menjawab tantangan mengenai krisis iklim.
"Ini penting, karena emisi beras ini untuk menjawab langsung mengenai krisis iklim yang terjadi. Saat ini Uni Eropa bekerja sama dengan Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca, dan produksi beras yang berkelanjutan," kata Portevin saat konferensi pers di Hotel Alila, Kota Solo, Selasa (29/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proyek ini sudah ada kesepakatan biaya 2,1 juta Euro sebagai dana hibah untuk proyek ini bisa berjalan," lanjut Portevin.
Ketua Umum (Ketum) Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia), Sutarto Alimoeso, mengatakan Proyek Low Carbon Rice dilakukan sejak 2022. Pihaknya sudah melakukan pendampingan terhadap 150 penggilingan padi kecil.
"Selama ini penggilingan padi yang kecil menggunakan mesin diesel dengan bahan bakar solar. Dengan program ini, kita arahkan untuk berpindah ke listrik, untuk mengurangi emisi karbon," kata Sutarto.
Selain mengurangi emisi, mesin penggilingan padi dengan tenaga listrik disebutnya dapat menekan biaya produksi 35-45 persen. Selain itu, hasil berasnya juga lebih bersih.
Namun proyek ini masih sangat panjang Sebab, di Indonesia ada sekitar 169 ribu penggilingan padi, 161 ribu merupakan penggilingan padi kecil, dan umumnya masih menggunakan mesin diesel.
"Kegiatan kita yang bantuan dari Uni Eropa yang disebutkan 2,1 juta Euro, itu sebagian untuk pembinaan. Ini kegiatan yang luar biasa, pemerintah menangkap dengan baik. Jika dilakukan secara nasional, ini suatu kegiatan yang bermanfaat bagi bangsa, negara, dan dunia untuk mengamankan persoalan yang berkaitan dengan iklim," ucapnya.
Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional Andriko Noto Susanto menyambut baik program low carbon rice kerja sama Uni Eropa-Indonesia.
Program ini tidak hanya memproduksi beras dengan produksi besar, tapi juga diproduksi dengan kaidah-kaidah sistem pertanian yang baik dan rendah karbon.
"Beras adalah fondasi sistem ketahanan pangan nasional. Namun, saat ini kondisinya adalah sektor pertanian padi berkontribusi pada 43 persen dari total emisi sektor pertanian," katanya.
(apu/rih)