Apa Itu BI Rate dan Fungsinya? Ini Dampak Jika Nilainya Turun

Apa Itu BI Rate dan Fungsinya? Ini Dampak Jika Nilainya Turun

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 17 Jul 2025 14:21 WIB
Ilustrasi investasi dan ekonomi
Ilustrasi BI Rate. (Foto: freepik/Freepik)
Solo -

Belakangan ini, perbincangan soal penurunan BI Rate makin sering terdengar, terutama di kalangan pelaku usaha dan investor. Namun, apa itu BI Rate dan fungsinya? Sudahkah kamu memahaminya, detikers?

Nilai suku bunga acuan ini punya dampak langsung terhadap berbagai sektor ekonomi, mulai dari perbankan, konsumsi masyarakat, hingga pasar modal. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai BI Rate memang penting untuk kita dalami.

Untuk memahami dampak jika BI rate turun, mari kita cari tahu pengertian serta fungsinya terlebih dahulu. Yuk, simak penjelasan lengkap berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu BI Rate?

Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bagian dari kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi. Mulai 21 Desember 2023, istilah BI Rate resmi digunakan kembali menggantikan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan utama. Meski namanya berubah, mekanisme penetapan dan operasionalisasinya tetap mengacu pada transaksi reverse repo tenor 7 hari yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Penggunaan BI Rate bertujuan untuk menyampaikan sinyal kebijakan moneter secara lebih jelas kepada pelaku pasar. Sebagai suku bunga kebijakan utama, BI Rate berperan penting dalam memengaruhi suku bunga pasar uang, suku bunga pinjaman bank, serta kondisi di sektor riil.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari artikel Kajian Ekonomi dan Keuangan yang ditulis Suparman Zen Kemu dan Syahrir Ika, dalam praktiknya, BI Rate diumumkan setiap bulan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur dan diterapkan melalui operasi moneter. Pelaksanaannya dilakukan lewat pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mengarahkan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Overnight.

Pergerakan PUAB ini diharapkan akan memengaruhi suku bunga deposito dan kredit perbankan. Bank Indonesia biasanya menaikkan BI Rate jika inflasi diperkirakan melebihi target, dan menurunkannya jika inflasi diprediksi berada di bawah sasaran.

Fungsi BI Rate

Nurhayati dkk dalam buku Perekonomian Indonesia serta RH Liembono dalam buku Analisis Fundamental menjelaskan mengenai fungsi BI Rate. Setidaknya, suku bunga acuan ini memiliki empat fungsi dalam ekonomi makro.

1. Mengendalikan Inflasi

Salah satu fungsi utama BI Rate adalah sebagai alat untuk mengendalikan inflasi. Dengan mengatur arah suku bunga, Bank Indonesia memengaruhi perilaku masyarakat dalam hal belanja dan menabung, yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas harga barang dan jasa.

Instrumen ini digunakan untuk menjaga agar laju inflasi tetap berada dalam sasaran yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan begitu, BI Rate membantu melindungi daya beli masyarakat dalam jangka panjang.

2. Mengarahkan Pertumbuhan Ekonomi

BI Rate juga berfungsi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pengaruhnya terhadap aktivitas pinjam-meminjam di sektor usaha. Ketika suku bunga yang ditetapkan kompetitif, pelaku usaha terdorong untuk mengambil kredit sebagai modal ekspansi.

Peningkatan kegiatan usaha ini bisa membuka lapangan kerja baru dan mendorong roda ekonomi berputar lebih cepat. Maka, BI Rate menjadi salah satu instrumen penting dalam memperkuat dinamika ekonomi nasional.

3. Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Masyarakat

Selain berperan bagi dunia usaha, BI Rate juga memengaruhi perilaku konsumsi rumah tangga. Dengan tingkat bunga yang sesuai, masyarakat terdorong untuk mengambil kredit konsumtif seperti KPR, kredit kendaraan, atau cicilan elektronik.

Perubahan dalam aktivitas konsumsi ini dapat berdampak pada pertumbuhan sektor ritel dan jasa secara keseluruhan. Oleh karena itu, BI Rate menjadi alat strategis dalam mengelola daya beli masyarakat.

4. Menjadi Panduan Suku Bunga Pasar

BI Rate berfungsi sebagai acuan bagi suku bunga yang berlaku di pasar keuangan. Perbankan menggunakan suku bunga acuan ini untuk menentukan bunga deposito maupun kredit kepada nasabah.

Dengan posisi strategis ini, BI Rate membantu menciptakan sistem keuangan yang lebih terukur dan terarah. Arahnya akan memengaruhi stabilitas sektor keuangan secara menyeluruh.

Dampak Jika Nilai BI Rate Turun

Masih mengutip penjelasan RH Liembono dalam Analisis Fundamental, penurunan BI Rate kerap menjadi sorotan utama dalam dunia ekonomi dan keuangan. Sebagai suku bunga acuan dari Bank Indonesia, perubahan nilai BI Rate tidak hanya berdampak pada lembaga perbankan, tapi juga langsung menyentuh masyarakat, pelaku usaha, hingga pasar modal.

Tak heran, ketika Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga acuan, reaksi di pasar biasanya cukup cepat. Lalu, apa saja yang sebenarnya terjadi ketika BI Rate turun? Berikut sejumlah dampak penting yang bisa terjadi.

1. Konsumsi Masyarakat Meningkat

Saat BI Rate turun, bunga kredit yang ditawarkan bank cenderung ikut menurun. Hal ini mempermudah masyarakat mengakses pembiayaan untuk berbagai keperluan konsumtif, seperti kredit mobil, KPR, atau cicilan barang elektronik.

Dengan cicilan yang lebih ringan, daya beli masyarakat ikut meningkat. Ini mendorong permintaan barang dan jasa di pasar, yang pada akhirnya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

2. Penjualan Dunia Usaha Bisa Melonjak

Penurunan suku bunga kredit juga berdampak positif bagi pelaku usaha. Misalnya, dalam industri otomotif, saat bunga kredit mobil turun dari 7% menjadi 4%, angka penjualan bisa naik signifikan karena konsumen lebih tertarik menggunakan skema cicilan.

Contoh konkret, penjualan yang awalnya hanya 100 ribu unit mobil per tahun bisa meningkat menjadi 150 ribu unit. Ini menunjukkan bagaimana BI Rate bisa memengaruhi keputusan konsumen dan performa bisnis secara langsung.

3. Beban Bunga Perusahaan Berkurang

Penurunan BI Rate juga berarti suku bunga pinjaman korporasi dan obligasi ikut menurun. Misalnya, perusahaan yang sebelumnya membayar bunga 9% atas obligasi Rp 10 triliun, akan membayar lebih ringan jika menerbitkan obligasi baru dengan bunga hanya 7%.

Selisih 2% tersebut dapat menghemat hingga Rp 200 miliar dalam setahun. Ini adalah strategi umum yang digunakan perusahaan untuk mengelola utang dan efisiensi biaya ketika suku bunga menurun.

4. Bank Diuntungkan, Laba Bisa Naik

Saat BI Rate turun, bank dapat meminjam dari Bank Indonesia dengan bunga yang lebih rendah. Namun, kenyataannya, bank tidak serta-merta menurunkan suku bunga kredit dengan kecepatan yang sama seperti mereka menurunkan bunga simpanan.

Artinya, margin keuntungan bank dari selisih bunga simpanan dan kredit jadi lebih lebar. Inilah sebabnya penurunan BI Rate seringkali menjadi sentimen positif bagi saham-saham perbankan di bursa efek.

5. Pasar Saham Merespons Positif

Secara umum, penurunan suku bunga dianggap sebagai sinyal bahwa kondisi ekonomi mendukung ekspansi, sehingga minat terhadap saham cenderung meningkat. Selain perbankan, efek domino dari penurunan BI Rate juga terasa di pasar modal.

Dengan pinjaman yang lebih murah dan konsumsi yang meningkat, kinerja perusahaan berpeluang membaik. Ini mendorong optimisme investor dan bisa mengangkat indeks harga saham gabungan (IHSG).

6. Bank Indonesia Longgarkan Likuiditas

Sebagai bagian dari kebijakan moneter, Bank Indonesia akan menyesuaikan operasi pasarnya sesuai dengan BI Rate yang baru. Saat suku bunga turun, BI melonggarkan likuiditas dengan menggelontorkan dana murah melalui instrumen reverse repo.

Bank-bank kemudian dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, sehingga biaya operasional menurun dan potensi penurunan suku bunga kredit semakin besar.

Sampai di akhir pembahasan ini, apakah kamu sudah memahami apa itu BI Rate dan fungsinya, detikers?




(sto/apu)


Hide Ads