BI Jateng Antisipasi Dampak Ekonomi Akibat Perang Iran-Israel

BI Jateng Antisipasi Dampak Ekonomi Akibat Perang Iran-Israel

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Sabtu, 21 Jun 2025 15:21 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia, lgo bank indonesia, bi, gedung bank indonesia di Jakarta
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Rachman Haryanto
Semarang -

Ketegangan Iran dan Israel membuat perekonomian dunia ketar-ketir. Terlebih jika Selat Hormuz yang merupakan lalu lintas minyak dunia terkena dampak.

Bank Indonesia khususnya di Jawa Tengah mencoba mempertahankan daya beli masyarakat di tengah ancaman dampak perekonomian akibat perang di Timur Tengah. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan dampak perang Iran-Israel terhadap harga minyak pasti ada, namun pemerintah sudah mengupayakan penanganannya.

"Harga minyak pasti naik. Apalagi Iran ancam menutup selat yang krusial. Menteri ESDM sudah bilang akan beli dari Amerika. Kita di daerah jaga daya beli," kata Rahmat kepada wartawan Jawa Tengah di Jakarta, Sabtu (21/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, di tengah potensi naiknya harga minyak dunia, daya beli masyarakat tetap harus dijaga. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah juga sudah berupaya menjaga daya beli dengan berbagai cara, salah satunya operasi pasar.

"Yang bisa kita jaga adalah daya belinya. Daya beli masyarakat dijaga supaya tetap terkendali, dan salah satunya melalui penanganan TPID inflasi beras ya. Kita perkuat offtaker yang membeli beras dari petani, maupun offtaker dari industri-industri makanan minuman. Kalau beras naik, yang lain ikut naik (harganya)," ujar Rahmat.

ADVERTISEMENT

Ketika daya beli masyarakat terjaga, lanjut Rahmat, maka pengaruh kenaikan harga minyak di masyarakat bisa dikendalikan.

"Jadi masyarakat bisa tetap menikmati harga yang stabil," tegasnya.

Sementara itu terkait kondisi ekonomi Jawa Tengah, Rahmat mengatakan ekonomi global terpengaruh perang Iran-Israel. Meski demikian saat ini perekonomian Provinsi Jawa Tengah masih tumbuh antara 4,9 persen.

"Perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan I 2025 tumbuh 4,96 persen, year on year. Relatif tetap dibanding triwulan lalu," jelas Rahmat.

Dia juga menjelaskan Provinsi Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,49 persen month to month (mtm) pada Mei 2025, lebih rendah dibanding angka nasional yaitu -0,37 persen (mtm). Deflasi Jawa Tengah pada bulan Mei 2025 ini juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 1,38 persen (mtm), seiring dengan pasokan pangan yang terjaga.

"Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,66 persen year on year (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,60 persen (yoy). Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terendah berlangsung di Kabupaten Wonosobo yang mencatatkan deflasi sebesar 0,83 persen (mtm)," imbuhnya.

Diberitakan detikFinance sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tentang ketegangan geopolitik antara Israel dengan Iran. Dia menjelaskan tekanan dari perang antara Israel-Iran langsung terlihat dari harga minyak dunia, yakni minyak mentah Brent, yang naik hampir 9 persen hingga mencapai US$ 78 per barel.

"Mengenai situasi kondisi global dan nasional, geopolitik yang sayangnya atau unfortunately situasinya tidak membaik dengan terjadinya perang yang sekarang ini sedang berlangsung makin sengit antara Israel dengan Iran," ujar Sri Mulyani yang merujuk pada Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Juni, Selasa (17/6/2025).

"Ini memunculkan suatu kejadian yang langsung mempengaruhi secara signifikan kondisi perekonomian, baik melalui harga komoditas maupun nilai tukar, suku bunga, hingga capital flow. Ini yang akan terus kita hadapi, geopolitik makin meruncing," jelas dia.




(dil/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads