Harga kelapa di sejumlah pasar tradisional di Kota Semarang melonjak tajam. Harga yang kian mahal dari pemasok membuat pedagang mengeluh.
Salah satu pedagang kelapa di Pasar Bulu, Kecamatan Semarang Selatan, Juki (71), menyebut lonjakan harga kali ini yang tertinggi sepanjang pengalamannya berdagang sejak 1999.
"Saya sudah jualan dari tahun 1999, ini paling mahal. Dari pemasok harganya udah Rp 16 ribu, padahal biasanya nggak sampai Rp 10 ribu," kata Juki kepada detikJateng di Pasar Bulu, Jumat (18/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi di saya ya dijualnya per kelapa yang besar Rp 20 ribu, kalau yang kecil buat bisa balik modal ya dijual Rp 17 ribu," lanjutnya.
Ia mengatakan, kelangkaan pasokan dan hasil panen yang menurun menjadi penyebab utama harga kelapa naik dari daerah pemasok seperti Prembun, Kabupaten Kebumen.
"Katanya kelapanya satu pohon cuma dapat 2-3 butir. Nggak tahu karena musim atau apa," ungkapnya.
"Sebelum puasa itu sudah naik, waktu itu Rp 14 ribu per butir untuk yang campur-campur, kalau kelapa pilihan Rp 16-17 ribu," imbuh dia.
Kenaikan harga itu pun membuat daya beli masyarakat ikut menurun. Ditambah, banyak kelapa yang sudah dikupas tak terbeli hingga rusak.
"Sekarang bakul kelapa rugi semua, nggak dapat untung, pas-pasan. Kalau kelapa sudah dikupas kan 2 hari busuk, jadinya rugi," tuturnya.
Ia mengaku kini hanya bisa menjual sekitar 300 butir kelapa per hari, turun drastis dari biasanya yang mencapai 700 butir. Pedagang juga enggan menyetok banyak karena risiko busuk tinggi.
Senada dengan Juki, penjual kelapa di Pasar Karang Ayu, Kecamatan Semarang Barat, Mega (21) menyebut harga kelapa saat ini yang tertinggi selama beberapa tahun terakhir.
"Sekarang harga jualnya Rp 20 ribu per butir. Sebelumnya Rp 15 ribu. Dari kulakan harganya sudah Rp 17 ribu, sudah mahal. Ini naik dari sebelum puasa," jelas Mega.
Ia mengaku pasokan kelapa dari Kebumen yang biasa dikirim sebanyak 800 butir juga berkurang hanya 100-200 butir. Sebelumnya, ia bisa menjual hingga 800 butir seminggu, tapi kini tak sampai 100 per hari.
"Pasarnya sepi, kulakannya mahal. Orang jadi milih nggak beli," katanya.
Kenaikan harga kelapa ini menambah beban masyarakat yang mengandalkan kelapa untuk keperluan masakan sehari-hari. Penjual kelapa muda (degan) dekat Pasar Bulu, Muhammad Santoso (68), juga terdampak lonjakan harga. Harga eceran degan kini naik Rp 1-2 ribu per butir.
"Sekarang harga dari Banjarnegara yang kecil aja udah Rp 11 ribu. Dulu dari Kebumen, Purworejo, tapi sekarang stok dari sana udah nggak ada," ujarnya.
Ia mengungkapkan, pengiriman degan kini terbatas hanya 700 butir maksimal dalam seminggu. Sebelumnya bisa lebih dari itu.
"Jadi sekarang es degan yang biasa itu ya harganya Rp 10 ribu, ini murah. Ada juga yang jual sampai di harga Rp 13 ribu," tuturnya.
Penjelasan Dinas Pertanian Jateng
Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah (Jateng) mengungkap alasan harga kelapa di Kota Semarang meningkat drastis. Kenaikan harga disebut akibat maraknya ekspor kelapa.
"Kran ekspor kelapa terbuka lebar dengan harga lebih tinggi dari penjualan dalam negeri sehingga pengusaha lebih menyukai untuk diekspor daripada untuk kebutuhan dalam negeri," kata Supriyanto, saat dihubungi awak media, Jumat (18/4/2025).
Ia menjelaskan, kondisi stok kelapa dalam negeri cenderung tetap, sementara sebagian besar hasil panen dialihkan untuk memenuhi pasar ekspor. Akibatnya, distribusi ke pasar-pasar lokal mengalami penurunan, yang memicu kenaikan harga.
"Data di tingkat petani untuk kelapa bulat grade C dari semula Rp 4.500 menjadi Rp 10.000, grade A dari Rp 6.000 menjadi Rp 11.500 di Pasar Induk Jakarta harga bervariasi dari Rp 13.000 sampai Rp 21.000," jelasnya.
Namun demikian, Supriyanto menyebut, kondisi kenaikan harga kelapa ini menjadi kabar baik bagi para petani. Kenaikan harga dianggap membawa berkah karena meningkatkan pendapatan petani, sejalan dengan tren harga komoditas perkebunan lainnya seperti kopi.
"Dari sisi petani kelapa bahagia, berkah, dengan kenaikan ini. Peluang ini perlu ditangkap dengan peningkatan produksi kelapa melalui peremejaan, penanggulangan hama kelapa dan penanaman bibit unggul yang cepat produksi," tuturnya.
(dil/dil)