Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah bergulir lima hari ini berimbas pada pedagang di kantin sekolah. Beberapa pedagang kantin sambat mengalami penurunan penghasilan.
Pantauan detikJateng di SMPN 12 Semarang, Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, ada sekitar tujuh pedagang di kantin sekolah. Suasana kantin itu tampak sepi.
Para siswa terlihat makan siang dengan menu makanan dari program MBG. Salah satu pedagang, Rofiana (42), mengaku telah mengalami penurunan omzet selama program MBG berjalan lima hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada penurunan omzet, nasi-nasi itu sisa. Biasanya ada 35 stok nasi itu habis, sekarang sisa. Kalau minum biasa, tetap habis," kata Rofiana saat ditemui detikJateng di SMP 12 Semarang, Jumat (10/1/2025).
Ia mengatakan saat ini para siswa sudah tidak lagi membeli makanan berat karena ada program makna bergizi gratis. Beberapa pihak yang menitip makanan di kantinnya itu pun sudah disetop lantaran para siswa tak lagi membeli nasi.
"Karena makannya sisa, dari pagi sampai siang. Biasanya habis, ini sisa terus, pagi di sekolah ada sarapan bareng, siang ada makan gratis," tuturnya.
Kantin Rofiana sendiri buka pukul 17.00-14.30 WIB. Rofina menjual berbagai makanan berat mulai dari burger, ayam geprek, hingga rames.
Biasanya dalam sehari ia akan mendapat penghasilan sekitar Rp 400 ribu, tapi selama ada program makan bergizi gratis ini ada penurunan penghasilan hingga 30 persen.
"Sebenarnya seneng ada program MBG, cuma ya itu berdampak ke penghasilan menurun. Baru lima hari aja sudah kelihatan penurunannya hampir 30 persen," terangnya.
"Kalau ini kan baru permulaan, belum ketahuan, kalau sudah ke depan mungkin sudah sangat kelihatan signifikan," lanjutnya.
Hal senada dikatakan pemilik kios kantin lainnya, Ida Rosidah (52). Penghasilan di lapaknya itu turun hingga 50 persen sejak adanya program makan bergizi gratis.
"Dampaknya hampir separuh sendiri, penghasilannya turun. Lima hari ini turun drastis, soalnya di sini siapnya cuma makanan, jadi berkurang banget penghasilannya," keluh Ida.
"Misal sehari 20-an (nasi yang dibeli) sekarang separuh sendiri. Yang jualan soto kan bukan saya tok, ada lagi. Jadi terdampak banget," sambungnya.
Adanya penurunan penjualan nasi dan lauk itu membuat Ida mulai menjual camilan. Mulai dari batagor hingga seblak.
"Untuk mengalihkan jajannya anak itu, kalau makan kan sekarang sudah dapat, jadi mengalihkan biar anak-anak biasanya di luar beli batagor, saya buat di sini," paparnya.
"Orang-orang tahunya jualan di kantin enak, irit banyak, tapi nggak juga. Apalagi karena di sini ada kantinnya 7," imbuh Ida.
Dia mengaku dagangan nasinya sisa banyak. Terlihat masih ada soto, gorengan, dan makanan lain di kantinnya, padahal siswa sudah pulang sekolah.
"Sehari penghasilannya biasanya Rp 600-700 ribu, sekarang separuhnya, Rp 300 ribu. Apalagi kalau Jumat, anak-anak pulang gasik, ya sudah seadanya, malah kurang dari Rp 300 ribu," paparnya.
Dia berharap pemerintah bisa memberi solusi bagi para pedagang di kantin sekolah. Jangan sampai program MBG pemerintah justru mematikan pedagang.
Penurunan penghasilan oleh para kantin ini pun dibenarkan Kepala SMP 12 Semarang, Rini Rusmiasih. Rini mengatakan beberapa siswa juga ada yang dikurangi uang sakunya sejak ada program MBG.
"Kemarin beberapa anak yang sedang istirahat, nggak jajan, saya tanya kenapa ternyata uang sakunya dipotong kata orang tuanya untuk ditabung," jelas Rini.
Rini mengatakan sejumlah pedagang kantin resah dengan program makan bergizi gratis jika berkelanjutan.
"Di kantin berdampak cuma dari pihak kantin, bertanya apa ini berkelanjutan, karena mulai Senin anak-anak jam kedua itu jajannya berkurang. Mungkin mau stok makanannya dikurangi," ungkapnya.
(ams/ahr)