Impor Disetop, Penyerapan Beras Bulog Jateng Ditarget Naik 3,5 Kali Lipat

Impor Disetop, Penyerapan Beras Bulog Jateng Ditarget Naik 3,5 Kali Lipat

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 07 Jan 2025 23:45 WIB
Ilustrasi pembeli beras di Pasar Bantul.
Ilustrasi beras. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Semarang -

Pemerintah akan menghentikan impor beras mulai 2025 ini. Kebijakan ini pun berimbas pada target penyerapan beras dan gabah dari petani lokal oleh Bulog di Jawa Tengah naik menjadi 3,5 kali lipat.

Pimpinan Wilayah Bulog Jateng, Sopran Kenedi, mengatakan stok beras di Jateng masih aman sampai April 2025 meski impor dihentikan, yaitu 140 ribu ton. Setelah adanya penghentian impor beras, Bulog Jateng ditargetkan menyerap 350 ribu ton beras termasuk dalam bentuk gabah.

"Ya kita ditargetkan 3,5 juta ton seluruh Indonesia, khusus di Jateng 350 ribu ton penyerapan, nanti ada penyerapan dalam bentuk gabah dan di daerah-daerah yang belum ada serapan. Naiknya jauh, 3,5 kali lipat. Insyaallah saya yakin bisa karena Kementan juga lagi menaikkan proses produksinya ada penambahan area tanam," ujar Sopran di kantor Wilayah Bulog Jawa Tengah usai penandatanganan perjanjian kerja sama dengan PT SRC Indonesia Sembilan, Selasa (7/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pimpinan Wilayah  Bulog Jateng, Sopran Kenedi (kanan) dan Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita (tengah) memberikan keterangan di Semarang.Pimpinan Wilayah Bulog Jateng, Sopran Kenedi (kanan) dan Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita (tengah) memberikan keterangan di Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Kemudian hasil beras dan gabah dari wilayah Jawa Tengah akan diprioritaskan untuk wilayah Jateng dan Jogja. Setelah itu, jika ada kelebihan penyerapan, baru disuplai untuk daerah lain yang masih kurang.

"Artinya prioritas yang dikelola Bulog Jateng ini diprioritaskan untuk penyaluran di wilayah Jawa Tengah dan beberapa akan kita suplai untuk kebutuhan di DIY karena wilayah Banyumas, Magelang ikut DIY. Kalau ada kelebihan penyerapan produksi, akan kita sebarkan ke wilayah lain yang defisit. Jadi Jateng jadi supplay chain," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita, mengatakan selama ini impor digunakan untuk cadangan. Sedangkan penyerapannya tetap memprioritaskan hasil dalam negeri. Pemerintah dan Bulog akan menyerap sebanyak-banyaknya dari petani lokal.

"Sebanyak apa pun sesuai kebutuhan stok cadangan beras pemerintah dan kapasitas Bulog, dan kapasitas penjualan, kita serap. Kalau impor itu sebenarnya buat cadangan ya," kata Febby

Dia juga menegaskan beras atau produk Bulog yang dijual termasuk yang dikerjasamakan dengan pedagang termasuk SRC merupakan produk dari lokal. Sedangkan beras cadangan juga harus ada prosedur untuk mengeluarkannya, sehingga penyerapan impor beras tidak jadi masalah pada cadangan beras.

"Jadi kalau untuk program-program seperti ini sebenarnya dari dulu juga Bulog itu mengutamakan adalah produksi dalam negeri. Cadangan itu kan sebenarnya dikeluarkan juga ada aturannya, nggak sembarangan dikeluarkan ya," tegas Febby.

"Pokoknya sesuai yang diperintahkan regulator Bapanas, stoknya di atas 1,2 juta ton sampai 2 juta ton, itu cukup," imbuhnya.

Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto memutuskan menyetop impor beras mulai tahun ini, 2025. Hal itu diputuskan dalam rapat terbatas dengan sejumlah menteri di penghujung tahun 2024.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia, Zulkifli Hasan (Zulhas) pada 31 Desember 2024 di Semarang menjelaskan hasil rapat dengan Presiden memutuskan menghentikan impor empat komoditi.

"Besok nih kan sudah tahun depan, 2025, sudah berlaku tidak impor beras, tidak impor gula untuk konsumsi, tidak impor jagung untuk pakan ternak, tidak impor garam," kata Zulhas di Semarang, Selasa (31/12/2024).




(apl/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads