Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengatakan pihaknya memantau PT Sritex yang melakukan langkah efisiensi karyawan sekitar 10 ribu orang.
"Kita monitor ya, kita monitor," kata Yassierli saat ditemui awak media di MABES Convention Center (MCC) Karanganyar, Senin (11/11/2024).
"(Ada perhatian dari Kemenaker?) Iya pasti," imbuh Yassierli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Kurniawan, mengatakan industri tekstil mengalami guncangan dalam beberapa waktu terakhir. PT Sritex dan anak perusahaannya pun terpaksa melakukan langkah efisiensi karyawan sekitar 10 ribu orang.
"Efisiensi-efisiensi harus dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan kami. Namun keputusan untuk efisiensi semuanya berdasarkan keputusan komersial atau keputusan bisnis, jadi bukan landasannya bahwa kita perusahaan yang mau bangkrut atau seperti apa," kata Wawan, sapaan karibnya, kepada awak media di PT Sritex, Kabupaten Sukoharjo, Kamis (7/11/2024) lalu.
Wawan tak memerinci detail jumlah karyawan PT Sritex group yang terkena efisiensi. Namun, jumlahnya cukup banyak.
"Efisiensi sekitar mungkin 20 persen ya dari jumlah total karyawan sekarang," ujarnya.
Terpisah, General Manager HRD Sritex Group, Haryo Ngadiyono menjelaskan angka 20 persen itu berasal dari seluruh karyawan PT Sritex Grup termasuk yang ada di Semarang. Menurutnya, total ada ribuan karyawan yang terdampak.
"Saya belum cek, saya mobile ke sana ke sini. 20 persen itu keseluruhan grup, termasuk Semarang. Dari 50 ribu 20 persen ya sekitar 10 ribuan," kata Haryo.
Di sisi lain, status pailit yang disandang PT Sritex juga menjadi salah satu alasan efisiensi karyawan dilakukan. Dengan status pailit itu, PT Sritex saat ini tidak bisa melakukan aktivitas keluar masuk barang.
Sektor yang mulai terkena efisiensi adalah di sektor spinning atau pemintalan benang tekstil. Haryo menyebut status karyawan PT Sritex di Sukoharjo statusnya dirumahkan.
"Yang sudah ada pengurangan itu Semarang, kalau sini masih dirumahkan. Produksi kita tergantung bahan baku, kalau bahan baku tidak ada bisa masuk otomatis berhenti, ya harus istirahat. Kalau ada bahan baku ya jalan lagi," jelasnya.
"Pabrik pemintalan (spinning) lain masih berjalan. Hanya di sini karena disetop sama bea cukai, sehingga kita belum bisa keluar masuk barang sehingga disesuaikan," sambung Haryo.
(apu/dil)