Sekarang ini, komunikasi sudah semakin mudah dengan hadirnya teknologi seperti email dan aplikasi perpesanan instan. Orang-orang yang terlahir di zaman serba canggih mungkin sudah tidak lagi mengenali apa itu prangko.
Namun, jauh sebelum teknologi komunikasi sangat memudahkan seperti sekarang, orang-orang berkomunikasi menggunakan surat. Surat memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang yang berada di luar kota, bahkan luar negeri.
Untuk mengirimkan surat tersebut dibutuhkan prangko. Lalu, apa itu prangko? Yuk, simak penjelasan lengkap di bawah ini untuk mengetahuinya, detikers!
Apa Itu Prangko?
Jika kita lihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prangko adalah tanda pembayaran biaya pos yang biasanya berupa kertas persegi bergambar. Prangko bisa diibaratkan sebagai pulsa yang kita gunakan untuk mengirim pesan singkat atau SMS.
Dalam buku Membuat Surat yang ditulis oleh Nina Afrianita, prangko adalah alat pembayaran bila kita mengirimkan surat. Ketika akan mengirimkan surat, kita harus membeli prangko yang berfungsi sebagai alat pembayaran. Prangko akan ditempelkan pada amplop sebelum surat dikirim. Harga prangko beragam, tergantung pada seberapa cepat surat tersebut sampai ke alamat penerima. Semakin mahal harganya, surat juga akan cepat sampai.
Sejarah Prangko
Dirangkum dari laman Stamp World, prangko pertama kali diperkenalkan di dunia pada Mei 1840 dengan munculnya Penny Black di Inggris. Sebelum itu, orang-orang mengirim surat tanpa prangko dan biaya pengiriman dibayar oleh penerima surat. Cara ini sering kali menjadi masalah karena banyak orang menolak menerima surat untuk menghindari biaya yang mahal. Beberapa orang bahkan membuat kode rahasia di bagian luar surat sebagai cara untuk menyampaikan pesan tanpa harus membayar pengiriman, yang memaksa layanan pos untuk mencari solusi agar pengiriman menjadi lebih efisien dan adil.
Seorang guru Inggris bernama Rowland Hill kemudian mencetuskan reformasi sistem pos pada 1835. Ia mengusulkan agar pengiriman surat menggunakan tarif tetap berdasarkan berat surat, bukan jarak. Pada tahun 1837, Rowland Hill memperkenalkan prangko tempel pertama, yang memungkinkan pengirim membayar biaya pos di muka. Dengan disahkannya prangko pertama Penny Black pada tahun 1840, pengiriman surat menjadi lebih mudah, murah, dan praktis.
Prangko Penny Black menampilkan gambar Ratu Victoria dan tidak memiliki nama negara, yang menjadikan Inggris satu-satunya negara yang tidak menuliskan nama negaranya pada prangko. Prangko ini sangat populer dan membawa perubahan besar dalam sistem pos di Inggris, bahkan jumlah surat yang dikirim meningkat drastis. Pada 1839, sekitar 76 juta surat dikirim, namun pada 1850, angkanya naik lima kali lipat menjadi sekitar 350 juta.
Kehadiran prangko kemudian memunculkan hobi baru, yaitu koleksi prangko, dan lahirlah studi tentang prangko yang disebut filateli. Pengumpulan prangko berkembang pesat dan banyak orang mulai tertarik untuk mengoleksi prangko-prangko dari berbagai negara, termasuk yang memiliki nilai sejarah tinggi. Hingga saat ini, filateli tetap menjadi bidang yang dihargai, baik sebagai hobi maupun sebagai bagian dari studi sejarah komunikasi.
Fungsi Prangko
Prangko memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting, mari simak pembahasan lengkap yang dihimpun dari laman resmi Kominfo, Kementerian Sekretariat Negara, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember!
1. Alat Pembayaran Biaya Pengiriman Pos
Prangko awalnya berfungsi sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman surat atau kartu pos. Ketika seseorang mengirimkan surat, mereka membayar ongkos kirim di muka dengan membeli prangko. Prangko ini ditempelkan pada amplop sebagai bukti pembayaran yang sah, memastikan surat bisa dikirim tanpa kendala di setiap pos yang dilewati.
2. Media Edukasi dan Penyebar Informasi Publik
Prangko sering menampilkan gambar atau desain yang mencerminkan budaya, sejarah, dan informasi penting suatu negara. Prangko dapat memuat pesan tentang pelestarian lingkungan, kesehatan, atau peringatan hari nasional. Dengan begitu, masyarakat yang menerima surat bisa mendapatkan wawasan baru tentang topik tertentu yang dianggap penting oleh pemerintah.
3. Alat Visualisasi Sejarah dan Nilai Budaya
Prangko juga berperan sebagai media visualisasi berbagai peristiwa bersejarah dan nilai budaya bangsa. Banyak negara merilis prangko khusus untuk memperingati momen-momen penting, seperti kemerdekaan atau peristiwa budaya. Di Indonesia, prangko sering kali menampilkan gambar tokoh nasional, monumen, dan acara penting untuk memperkuat kesadaran sejarah dan kebanggaan nasional.
3. Simbol Diplomasi dan Hubungan Internasional
Kemudian, prangko sering menampilkan tema yang menekankan hubungan persahabatan antar negara. Melalui prangko, negara dapat mempromosikan citra positif dan menyampaikan apresiasi terhadap negara sahabat. Contohnya, prangko yang memuat ikon dari dua negara menunjukkan hubungan diplomatik yang erat dan rasa saling menghormati antar bangsa.
4. Benda Koleksi Bernilai Tinggi
Sudah sejak lama prangko menjadi barang koleksi yang diminati oleh filatelis di seluruh dunia. Prangko-prangko tertentu, terutama yang memiliki nilai sejarah atau dicetak terbatas, sangat bernilai di pasaran. Koleksi prangko dapat menjadi investasi dan mewakili dedikasi dan apresiasi terhadap sejarah dan budaya. Hal ini juga memicu kegiatan pameran filateli internasional yang memamerkan prangko-prangko langka.
5. Alat Pembelajaran dan Hobi Filateli
Bagi banyak orang, mengoleksi prangko atau filateli adalah hobi yang mengasyikkan dan edukatif. Lewat filateli, penggemar belajar tentang sejarah, seni, dan perkembangan sosial politik dari berbagai negara. Koleksi prangko mencakup berbagai tema yang dapat menginspirasi serta memperkaya pengetahuan mengenai dunia.
6. Penghargaan terhadap Jasa dan Pengabdian
Pemerintah sering mengeluarkan prangko untuk menghormati pahlawan, tokoh masyarakat, atau profesi tertentu seperti dokter dan tenaga medis. Prangko ini mencerminkan apresiasi dan penghormatan negara kepada pihak yang berjasa. Contohnya, prangko edisi khusus Covid-19 di Indonesia adalah bentuk penghargaan kepada tenaga kesehatan yang berjuang di garis depan selama pandemi.
Harga Prangko
Berdasarkan pantauan detikJateng pada situs resmi Filateli.co.id yang berafiliasi dengan PT Pos Indonesia, harga prangko bervariasi. Satu buah prangko single stamp dijual mulai dari harga Rp3.000 hingga Rp30.000.
Selain jenis single stamp, ada juga varian mini sheet yang dijual mulai dari harga Rp9.000 hingga Rp102.000 per lembar. Sementara untuk jenis full sheet dijual dengan harga mulai dari Rp hingga Rp184.000 per lembar.
Demikian penjelasan lengkap mengenai apa itu prangko, sejarah, fungsi, dan harganya. Semoga bermanfaat!
Simak Video "Siap-siap "War" Tiket Indonesia Vs Argentina Segera Dimulai"
(par/par)