Mbah Sutris Tukang Cukur Rp 5.000 di Klaten, 8 Tahun Rajin Catat Nama Pelanggan

Mbah Sutris Tukang Cukur Rp 5.000 di Klaten, 8 Tahun Rajin Catat Nama Pelanggan

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJateng
Sabtu, 02 Nov 2024 15:41 WIB
Tukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten
Tukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja.
Klaten -

Ada kisah menarik dari seorang tukang cukur di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Namanya Tukimin Trisno Suwarno (81). Ia punya kebiasaan unik setiap kali ada pelanggan yang meminta jasanya. Kakek yang akrab disapa Sutris selalu mencatat nama pelanggannya di dalam sebuah buku.

Bertempat di bawah pohon jati, Sutris menggelar lapak jasa potong rambutnya pada Sabtu (2/11/2024). Ayah tiga anak itu tampak masih bugar meski berusia senja.

Berbekal gunting, pisau, mesin cukur, dan sebuah cermin, Sutris begitu telaten melayani pelanggannya. Di lapaknya, terdapat sebuah banner bertuliskan "Sumber Rejeki Potong Rambut Embah Sutris. Sederhana Rp 5.000" lengkap dengan gambar wajah Sutris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski terik matahari membuat gerah, Sutris tampak sabar menunggu pelanggannya. Mengenakan sebuah peci hitam, bermasker merah lengkap dengan arloji berbahan kuningan di tangan kirinya, pria yang gemar bersenda gurau itu tampak tampil eksentrik.

Pada hari ini, sudah ada tiga pria yang menggunakan jasa cukurnya. Tarif potong rambut di lapak Sutris cukup murah di harga Rp 5 ribu. Dengan uang segitu, pelanggan sudah bisa meminta jenis potongan yang diinginkannya. Mulai potongan rapi maupun gundul.

ADVERTISEMENT
Tukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, KlatenTukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Catat Nama Pelanggan

Sutris mempunyai kebiasaan unik dalam delapan tahun terakhir. Ia rutin mencatat nama maupun alamat setiap pelanggan yang datang.

"Iya saya catat nama pelanggan saya. Saya catat nama orang yang potong rambut itu sudah sewindu (8 tahun)," kata Sutris saat ditemui di lapak potong rambutnya, Sabtu (2/11/2024).

Bukan tanpa alasan, Sutris mencatat nama pelanggannya, yakni agar ia tidak lupa siapa saja yang sudah menggunakan jasanya.

"Saya catat itu biar hafal namanya siapa, alamatnya di mana. Soalnya saya pelupa," ungkapnya.

Selain itu, hal itu dilakukan Sutris agar dirinya bisa akrab dengan pelanggannya. Nama dan alamat setiap pelanggan dicatatnya di atas secarik kertas. Tulisannya rapi menggunakan gaya huruf tegak bersambung.

Soal jumlah nama pelanggannya yang tercatat, Sutris tidak ingat betul. Dia memastikan ada bejibun kertas di rumahnya yang berisi nama dan alamat pelanggannya.

"Kalau satu plastik besar (kertas berisi nama dan alamat pelanggannya) di rumah itu ada. Ada yang hilang juga," terangnya.

Sutris biasa menulis alamat pelanggannya sebelum nama. Tidak ada alasan tertentu mengapa dia melakukan itu.

Pelanggan Ada dari Gunungkidul

Dari kebiasaannya itu, Dia pun tahu pelanggan yang alamatnya paling jauh. Pria itu berasal dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Paling jauh dari Gunungkidul tapi saya lupa namanya siapa," ungkapnya.

Bahkan, jika kertas yang dibawa sudah penuh dengan tulisannya, Sutris pernah mencatat di atas kertas kuitansi. Sering kali, Sutris mencatat pelanggan yang sama.

"Saya pernah tulis itu di kuitansi soalnya kertasnya sudah penuh. Pernah catat nama orang sampai dua kali. Terus diingatkan 'saya kan sudah pernah dicatat'. Ya, namanya orang tua begitu, pelupa," tuturnya sembari tertawa renyah.

Tukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, KlatenTukimin Trisno Suwarno (81) di lapak pangkas rambutnya di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Buka Jasa Cukur Sejak 1950-an

Sutris menerangkan, dirinya membuka jasa potong rambut sejak tahun 1950-an. Saat itu dirinya masih duduk di bangku kelas 6 SD.

"Buka potong rambut pas kelas 6 SD," kata Sutris.

Dia belajar memangkas rambut secara autodidak. Saat itu, mulai dari tetangga hingga ayahnya memintanya untuk memotong rambut mereka.

"Semuanya pada minta potong rambut. Saat itu gratis," ungkapnya.

Sebelumnya, Sutris pernah menyambung hidup dengan menjadi buruh di pabrik pembuatan kerupuk. Pada tahun ke-15, juragannya membelikan Sutris peralatan pangkas rambut. Sebab, bosnya tahu jika Sutris piawai memotong rambut.

"Saya dibelikan alat cukur sama juragan. Setelah itu juragannya meninggal dan saya tidak kerja. Akhirnya buka lagi potong rambut," tutur kakek dari tujuh cucu itu.

Sutris melayani pangkas rambut pria bermodel pendek, gundul, dan rapi. Jika diminta memangkas rambut bermodel kekinian, Sutris mengaku tidak mampu.

"Saya itu bisanya bisa model pendek, gundul sama rapi. Kalau diminta potong rambut model jalan kutu (model rambut dengan garis di pinggir) saya tidak bisa," ungkap Sutris sembari terbahak-bahak.

Dalam sehari, Sutris paling banyak bisa menangani 10 pelanggan. Selain itu, dia melayani pangkas rambut panggilan.

"Saya juga layani potong rambut panggilan. Biasanya saya ke rumah pelanggan," katanya.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya....

Kata Pelanggan Soal Kakek Sutris

Seorang pelanggan Sutris, Roni (35), mengungkapkan sejak awal dirinya menggunakan jasa Sutris membayar Rp 5 ribu. Roni sendiri membuka usaha angkringan di samping lapak Sutris.

"Dari awal saya cukur di sini ya memang Rp 5 ribu. Potongannya bagus dan murah," katanya.

Dia membenarkan Sutris menulis nama pelanggannya. Roni merasa heran sebab Sutris memangkas rambut pelanggannya tidak mengenakan kacamata.

"Dia tidak pernah pakai kacamata pas potong rambut. Nulis juga tidak pakai kacamata. Semua pelanggan namanya ditulis," katanya.

Roni mengatakan, Sutris sering bergurau saat memangkas rambut pelanggannya. Dia menilai, Sutris merupakan sosok yang humoris.

"Lucu. Sering guyon sama pelanggannya," turutnya.

Bagi Roni, Sutris merupakan sosok inspirasi bagi anak muda. Sebab, meski berusia senja, Sutris tetap tak putus asa menyambung hidup.

"Bagus Mbah Sutris. Inspirasi buat anak muda. Di usia segini masih produktif untuk kerja," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/aku)


Hide Ads