Kisah Mbah Air, Tiap Hari Gendong Jeriken ke Gunung Andong demi Rp 25 Ribu

Kisah Mbah Air, Tiap Hari Gendong Jeriken ke Gunung Andong demi Rp 25 Ribu

Eko Susanto - detikJateng
Minggu, 18 Agu 2024 06:30 WIB
Pasutri lansia Ngabdu dan Istiyah saat menyunggi jeriken berisi air untuk warung di puncak Gunung Andong, Magelang, Sabtu (17/8/2024).
Pasutri lansia Ngabdu dan Istiyah saat menyunggi jeriken berisi air untuk warung di puncak Gunung Andong, Magelang, Sabtu (17/8/2024).Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Pasangan suami istri (pasutri) yang sudah lanjut usia (lansia) setiap hari mendaki Gunung Andong, Kabupaten Magelang, demi mengumpulkan uang. Setiap harinya mereka menggendong belanjaan hingga jeriken berisi air ke untuk memenuhi kebutuhan dua warung yang berada di Gunung Andong.

Pasutri lansia itu adalah Ngabdu (66) dan Istiyah (65). Keduanya merupakan warga Dusun Sawit, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Keduanya setiap hari berangkat mendaki Gunung Andong melalui jalur Sawit sehabis salat subuh. Saat naik pertama, mereka membawa barang belanjaan untuk dua warung di puncak Gunung Andong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu, mereka berdua turun ke bawah, tepatnya di pos tiga yang terdapat mata air. Dari lokasi tersebut, mereka menggendong jeriken berisi air.

"Biasa saya ranting (jeriken taruh di jalan) terus turun ambil dari bawah (mata air). Nanti kalau sudah capik tinggal ambil jiriken yang dekat," kata Ngabdu kepada awak media di Gunung Andong, Sabtu (17/8/2024).

ADVERTISEMENT

Khusus hari ini, bertepatan dengan dengan HUT ke-79 Republik Indonesia pengunjung atau pendaki Gunung Andong cukup ramai sehingga kebutuhan air di warung juga semakin banyak. Mereka pun sudah bolak-balik mengambil jeriken seberat 17 kg sebanyak 16 kali dalam sehari.

"Hari ini sudah 16 kali bawa air (untuk dua warung). Dari bawah pos tiga, jaraknya ya sekitar 600-an meter. Tadi mulai naik setelah salat Subuh," sambung Ngabdu.

Kakek dua cucu itu menambahkan, pekerjaan ngangsu air atau mengambil air sudah dilakukan bersama istrinya tersebut selama 13 tahun. Saat kondisi turun hujan, berkabut, maupun cuaca lainnya tetap dilakukannya.

"Sudah 13 tahun, nggak pernah pegel-pegel. Rezekinya memang di sini (Gunung Andong)," ujarnya.

"Pas hujan yang jalan, pakai sandal jepit nggak licin, kadang kala pakai sepatu," tuturnya.

Kedua pasutri ini pun dikenal dengan sebutan 'Mbah Air'. Sebutan tersebut diberikan karena setiap harinya mereka berdua mengambil air.

"Per jeriken Rp 25 ribu. Biasanya (uang) saya ambil seminggu sekali," kata Istiyah.

Istiyah mengatakan, terkadang ia dibantu pendaki saat akan menggendong jeriken.

"Ketemu pendaki dibantu naikkan di kepala," ujarnya.

Selain itu, ia pun membagikan rahasianya bisa tetap sehat dan bahkan bisa setiap hari menaiki Gunung Andong.

"Resepnya makan sama sayur dan gereh. Setiap hari minum air putih (air panas), kalau kangen ya minum teh atau kopi. Tapi, seringnya minum air putih," ujarnya.

Kemudian, sekitar pukul 11.00 WIB, pasutri ini turun dari puncak Gunung Andong karena pekerjaan mereka telah usai. Mereka kembali di rumah untuk istirahat dan melanjutkan pekerjaan bercocok tanam di kebunnya setelah salat zuhur.

"Turun (sampai rumah) istirahat, setelah salat bercocok tanam," pungkasnya.




(cln/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads