Petani porang di Wonogiri tak bisa menyembunyikan senyum gembiranya. Pasalnya, harga porang terus mengalami kenaikan.
Banjir cuan dari panen porang itu terjadi di Kecamatan Karangtengah. Daerah itu selama ini dikenal sebagai sentra porang di Wonogiri.
Supriyanto, petani porang asal Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah mengungkapkan harga tanaman yang masuk ke dalam genus Amorphophallus itu terus meningkat sejak April 2024 lalu. Dari harga porang Rp 5.000 per kilogram, meningkat menjadi Rp 8.000 per kilogram pada Mei. Harga jual porang terus meningkat hingga Juni ini mencapai Rp 8.000 hingga Rp 11.600 per kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan puncaknya (harga tertinggi musim ini) Agustus. Saat rendemen bagus dan stok (porang) habis. Kebutuhan pabrik pasar tetap selama ini," kata Supriyanto kepada detikJateng, Minggu (30/6/2024).
Supriyanto memaparkan salah satu penyebab porang harganya bisa meroket karena sudah tidak banyak petani yang menanamnya. Imbasnya, suplai ke pabrik pun rendah.
"Petani (tidak kembali menanam porang) trauma dengan dua musim lalu. Pada 2022-2023 harga porang rendah. Kemudian musim penghujan pendek, pertumbuhan porang tidak maksimal," ungkap dia.
Supriyanto menuturkan, pada 2022-2023 harga porang sempat ambruk hingga di angka Rp 4.500 per kg. Hasil umbi yang biasanya ada yang berberat 5 kilogram, saat itu tidak ada.
Pada musim panen tahun ini, Supriyanto mengaku bisa memanen hingga 10 ton. Ia panen dari lahan sebesar 1,5 hektare. Ia menjelaskan masih ada 1,5 lahan yang ditanami porang dan siap dipanen tahun depan.
Ia menjabarkan, petani besar yang masih menanam porang di Karangtengah tinggal 10 orang. Meski begitu, Karangtengah tetap dianggap sebagai daerah penghasil porang di Wonogiri.
Pada musim ini, lanjut dia, hasil panen porang dari Karangtengah mencapai 150-200 ton. Porang-porang itu dijual ke pabrik yang berada di Madiun, Jawa Timur.
"Bertani porang harus sabar. Hanya yang konsisten yang berhasil. Karena tetap laku," kata Supriyanto.
(apu/ahr)