Kabupaten Klaten memiliki banyak potensi kerajinan lokal, salah satunya kerajinan kipas lipat serta dompet. Produk kipas lipat dan dompet ini bahkan sudah terjual hingga ke luar Pulau Jawa, termasuk Bali.
Di salah satu sudut di Desa Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, tampak tumpukan kain tergeletak di sebuah rumah dengan pintu terbuka. Penghuninya tampak tengah menggunting beberapa kain menjadi bentuk bulan sabit.
Dengan wajah sumringah, wanita itu menyambut kehadiran detikJateng saat berkunjung ke kediamannya. Sri Lestari (54), panggilannya, lantas menceritakan kisahnya yang sudah menghabiskan puluhan tahun menjadi perajin kipas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menjadi perajin kipas sudah lama, dari anak saya kecil, umur 8 tahun, sampai sekarang," kata Tari di Desa Kebonharjo, Polanharjo, Selasa (11/6/2024).
Ia mengatakan, dirinya bertugas untuk memotong kain-kain yang dibeli dari Pekalongan sebagai bahan utama untuk membuat kipas lipat. Dalam sehari, ia bisa memotong kain 15-20 kodi. Kain yang sudah dipotongnya, kemudian akan dibawa perajin lain untuk diberikan lem serta dipasang bambu.
Dulunya, kata Tari, masyarakat setempat menggunakan kipas lipat sebagai undangan pernikahan. Nama mempelai, tempat dan waktu penyelenggaraan, sudah tertulis di atas kain kipas yang dikirimkan sebagai undangan.
Seiring berkembangnya zaman, tradisi itu sudah mulai tergerus waktu. Kini kipas lipat seringkali digunakan sebagai souvenir yang diberikan usai acara pernikahan, tidak lagi sebagai undangan.
"Jadi ketika orang menikah, undangannya menggunakan kipas. Kipasnya sudah dikasih nama pengantin, terus diplastik, jadi undangan datang bersama souvenir. Sekarang sudah jarang," tuturnya.
Meski begitu, pesanan kipas lipat masih tetap ramai berdatangan. Tak hanya karena banyaknya pasangan pengantin yang memesan, hal ini pun disinyalir karena waktu sudah mendekati musim kemarau.
"Setiap hari pesanannya banyak. Tapi mulai ramai itu dari kemarin pas mendekati musim kemarau. Setelah hujan, mulai panas itu jadi banyak pesanan," ungkalnya.
Kipas yang dijual Rino Souvenir itu terdiri dari berbagai ukuran. Dari yang terkecil berukuran 17 cm, 19 cm, 21 cm, serta yang paling jumbo berukuran 28 cm. Dalam sekali pesanan, para penjual akan memesan hingga 50 kodi.
Tari mengatakan, ada sekitar 30 perajin kipas di Kecamatan Polanharjo tersebut. Selama menjadi perajin, mereka bisa mendapat upah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Pemilik Rino Souvenir, Surani (51) pun sempat bercerita tentang awal ia mendirikan usaha kipas miliknya itu. Surani mengaku sudah menjalankan usaha kipas dan dompet selama kurang lebih 15 tahun.
Awalnya ia hanya memiliki 1-3 pekerja, tapi kini ia sudah bisa memberdayakan hingga 30 pekerja yang merupakan warga setempat. Dalam sehari, para perajin bisa membuat hingga 1.000 kipas lipat, asalkan bambu sebagai bahan baku kerangka tersedia.
"Bisa memberdayakan masyarakat, kir-kira karyawannya ada 30-an, kebanyakan bekerja di rumah sendiri. Karena kan tugasnya beda-beda, ada yang memotong kain kipas, membuat garang (bambu penyangga kipas), ngelem," ungkapnya.
Sebanyak 30 perajin itu pun tak hanya membuat kipas lipat, mereka juga membuat dompet kain dari berbagai ukuran. Dompet kain tersebut berbahan dasar kain batik pekalongan serta busa.
Harganya pun sangat terjangkau, untuk satu kipas, hanya dibanderol Rp 1,8-3,6 ribu, sementara untuk dompet dijual Rp 1-8 ribu. Produk kipas lipat serta dompet kain miliknya itu tak hanya sering dijadikan sebagai souvenir pernikahan masyarakat setempat, tapi juga telah terjual hingga ke Pulau Dewata.
"Penjual yang beli di sini itu terus dijual ke Bali. Kalau di sini dijualnya satuan Rp 1-8 ribu saja, kalau di Bali pasti lebih mahal," kata Surani, sambil menunjukkan dompet bertuliskan 'Bali' buatan para perajin di Polanharjo itu.
Surani menjelaskan, kerajinan kipas lipat dan dompet sudah turun temurun ada di Kecamatan Polanharjo. Dulunya, kipas lipat menggunakan kerangka berbahan tanduk sapi atau kerbau. Namun karena tanduk mulai sulit ditemui, kipas lipat kini menggunakan kerangka berupa bambu.
Ia berharap, kipas lipat dan dompet buatannya itu bisa terus berkembang dan terjual hingga ke luar Kabupaten Klaten. Selain bisa untuk mengenalkan potensi Klaten, hal itu juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Bagi masyarakat yang ingin memesan produk kerajinan masyarakat Polanharjo, bisa langsung mendatangi rumah produksi yang berlokasi di Dukuh Sirukun RT 02 RW 01, Desa Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
(akd/ega)