Menekuni hobi yang menghasilkan cuan memang mengasyikkan. Seperti yang dilakoni oleh para warga di Desa Wisata Tunjungan yang ada di Purworejo, Jawa Tengah. Para warga di desa ini mampu meraup omzet hingga Rp 300 juta dari tanaman hias yang dijualnya.
Desa yang terletak di Kecamatan Ngombol ini berjarak sekitar 22 kilometer ke arah selatan dari alun-alun kota Purworejo. Dikelilingi oleh hamparan sawah, Desa Tunjungan merupakan sentra pembibitan tanaman hias terutama aglonema dan bugenvil.
Salah satu warga, Dani Rahmadi (35) mengaku sudah 20 tahun menekuni budi daya tanaman hias. Berbagai jenis aglonema dan bugenvil ia sediakan bagi para pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai budi daya sejak 2004 dan sampai sekarang. Kita punya aglonema dan bugenvil. Untuk aglonema kita punya 125 jenis yang ada di sini," kata Dani saat ditemui detikjateng, Kamis (6/6/2024).
Ia menyebut, tanaman hiasnya selalu laris manis terjual setiap hari. Dengan harga kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 5 juta per pot, omzet per bulan yang ia dapatkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Dani menjualnya secara online dan offline ke seluruh Indonesia.
"Kalau harga variatif, kita menyediakan dari harga Rp 100 ribu sampai harga Rp 5 juta. Kita penjualan online 90 persen, yang langsung paling 10 persen. Penjualan ke seluruh Indonesia. Omzet per bulan bisa sampai Rp 250 juta," sebutnya.
![]() |
Tak hanya jalan-jalan keliling kampung sambil menikmati pemandangan yang ada, pengunjung juga bisa memborong tanaman hias sesuai pilihan. Selain itu, bagi para pengunjung yang ingin belajar bagaimana cara menanam dan merawat bunga dengan baik dan benar, warga juga akan mengajari dengan senang hati.
"Kita juga bisa berikan edukasi media tanam, cara budi daya, cara merawat hingga cara menjual online," imbuhnya.
Peluang untuk mendapatkan cuan dengan budi daya tanaman hias ini membuat para pemuda tak lagi memilih merantau ke kota lain. Mereka beramai-ramai mengembangkan kampung halaman yang kini menjadi 'surganya' tanaman hias di Purworejo.
Pemuda lain yang sukses meraup ratusan juta rupiah per bulan adalah Mudianto (23). Bahkan, untuk memenuhi permintaan pembeli setiap hari ia mengaku kewalahan karena tak hanya melayani pelanggan dari dalam negeri, namun juga permintaan dari luar negeri.
"Permintaan itu memang datang dari Malaysia, India dan Thailand. Memang di sana luar biasa, cuma kendalanya banyak sekali. Kalau yang ke luar negeri kita kirim batangnya aja," ucap Mudianto sembari mengawasi beberapa karyawannya mengepak pesanan.
"Semalam aja kita live TikTok, barang-barang kita tata rapi terus live. Eh... Malah langsung ludes," sambungnya.
![]() |
Terkesan mudah dengan keuntungan melimpah, ia mengaku bisa mendapatkan omzet Rp 300 juta per bulan hanya dengan menjual bunga bugenvil berbagai jenis.
"Omzet per harinya tembus Rp 10 juta bisa, sebulan ya dikalikan aja sekitar Rp 300 juta," pungkasnya.
Musim kemarau seperti inilah saat yang cocok untuk berkunjung ke Desa Tunjungan, lantaran bunga bugenvil sedang mekar dengan berbagai warna yang memikat. Namun jangan lupa membawa topi atau payung agar tidak kepanasan.
Jika lelah berkeliling, silakan beristirahat sembari menikmati kuliner tradisional yang ada di kampung tersebut, yakni thiwul. Terbuat dari tepung gaplek, thiwul yang ada di kampung tersebut kini sudah dimodifikasi dengan berbagai rasa seperti original, cokelat, cokelat keju, gula jawa, mix, abon, hingga jagung keju.
(apl/dil)