Konsumsi Gas Melon di Semarang Melonjak, Pertamina Ungkap Penyebabnya

Konsumsi Gas Melon di Semarang Melonjak, Pertamina Ungkap Penyebabnya

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Sabtu, 20 Apr 2024 10:07 WIB
Suasana truk agen gas melon yang melakukan distribusi ke pangkalan Bu Win, Pekalongan, Kamis (18/4/2024).
Suasana truk agen gas melon yang melakukan distribusi ke pangkalan Bu Win, Pekalongan, Kamis (18/4/2024). Foto: Robby Bernardi/detikJateng.
Semarang -

Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah menyebut konsumsi gas elpiji atau gas melon di Kota Semarang melonjak. Pasokan tambahan dikirim sebanyak 128 ribu tabung ke ibu kota Jawa Tengah itu.

Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho mengatakan, lonjakan konsumsi gas elpiji 3 kg itu masih berhubungan dengan masa libur Lebaran dan juga Kota Semarang yang jadi salah satu tujuan mudik.

"Jawa Tengah khususnya Kota Semarang menjadi tuan rumah bagi para pemudik dan banyak aktivitas masak-memasak di rumah tangga dan usaha mikro sehingga terjadi lonjakan konsumsi LPG 3 kg," kata Brasto dalam keterangannya, Sabtu (20/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan 128 ribu gas elpiji 3 kg tambahan itu dipasok selama bulan April dan sudah dimulai sejak sebelum Idul Fitri hingga saat ini.

"Pasokan tambahan total sebanyak 128 ribu tabung selama April 2024 sementara konsumsi harian normal sebanyak 86 ribu tabung," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Brasto menambahkan, konsumen akhir LPG 3 kg yaitu rumah tangga miskin, usaha mikro, petani sasaran, dan nelayan sasaran. Kemudian berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Migas nomor B-2461/MG.05/DJM/2022, usaha batik, usaha binatu, hotel, restoran, usaha peternakan, usaha pertanian, usaha tani tembakau, dan usaha jasa las dilarang menggunakan LPG subsidi.

"Konsumen seperti rumah tangga tidak miskin dan usaha di atas level mikro tidak berhak menggunakan LPG subsidi," tegas Brasto.

Ia juga mengimbau masyarakat tidak melakukan pembelian berlebih dan membeli di pangkalan resmi elpiji 3 kg yang sudah diatur dalam. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah 541/15 Tahun 2015 dengan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp. 15.500 per tabung elpiji 3 kg di pangkalan.

"Jika masyarakat menemukan indikasi adanya penyalahgunaan LPG subsidi seperti pengoplosan LPG 3 kg ke LPG nonsubsidi, penimbunan, ataupun pemindahan LPG 3 kg antar kota/kabupaten oleh penimbun, silahkan bisa melapor ke kepolisian terdekat," kata Brasto.

Terpisah, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) sempat melakukan sidak ke agen gas elpiji karena dirinya mendapat keluhan adanya kelangkaan gas elpiji 3 kg dan juga harga di pengecer yang naik.

"Kemarin saya mendapatkan beberapa keluhan kelangkaan gas dari masyarakat Kota Semarang, kalaupun ada harganya naik hampir 100 persen," kata Ita dalam keterangannya saat tinjauan di Agen Gas PT Nawolo Bersaudara di Jalan Majapahit No 561 Semarang.

"Dari PT Nawolo Bersaudara menyampaikan kalau dari agen harga gas elpiji 3 kg harganya Rp 14.250, sampai di pangkalan harganya Rp 15.500, tetapi sampai di konsumen atau masyarakat sudah sampai Rp 25.000-30.000. Padahal banyak yang memakai LPG 3 kg ini kan para UMKM, masyarakat menengah ke bawah yang sangat membutuhkan," imbuhnya.

Ia menyebut pihaknya berkomunikasi intensif dengan Pertamina untuk menangani keluhan warga itu.

"Kami semalam juga sudah berkomunikasi singkat dengan manajemen Pertamina. Dari Pertamina menyampaikan kalau sudah ada penambahan elpiji 3 kg di Kota Semarang," imbuhnya.




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads