Perajin parsel di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, mulai kewalahan menggarap pesanan untuk Lebaran. Dalam sehari, perajin parsel ini bisa merangkai hingga 100 bingkisan yang sudah banyak dipesan pelanggan.
Salah satu perajin, Yunita (35) mengaku sudah mulai banyak pesanan masuk. Tapi puncaknya biasanya terjadi pada 2 minggu sebelum Lebaran.
"Kita setiap tahun karena ini memasuki tahun ke-12. Pesanannya itu luar biasa sih karena kita sampai kewalahan dari awal start sampai H-2 itu pemesanan sudah banyak," kata Yunita kepada wartawan, Senin (18/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat untuk merangkai dan toko parsel miliknya yang diberi nama 'Princes' ini terpisah. Di tempat merangkai terdapat 12 pekerja yang memiliki tugas masing-masing.
Saat detikJateng berkunjung, pesanan parsel tampak sudah berjajar rapi. Setelah dirangkai parsel ini kemudian dibawa ke toko miliknya di Jalan Suharso, atau sebelah timur Hotel Aston Purwokerto.
"Kami ada juga ready stock, pembeli yang datang silih berganti. Pada akhirnya di toko barangnya habis, nanti juga selanjutnya bikin yang baru untuk besok-besok," terangnya.
Dalam sehari ia mengaku bisa merangkai 100 parsel untuk pelanggan. Sedangkan persediaan keranjang untuk parsel pada awal ini mencapai ribuan.
"Setiap hari, satu orangnya bisa bikin sampai 10-15 parcel. Ada 12 orang yang kerja disini. Untuk bahan keranjangnya itu saya sedia 1.750 diambil dari Cirebon," jelasnya.
Ia menduga jumlah tersebut masih akan bertambah seiring mendekati hari Lebaran. Hal ini jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun kemarin habis 1.900 keranjang. Tapi rekor jualan saya sampai 3.700 keranjang dan bingkisan. Itu sebelum ada pandemi," ungkapnya.
Harga satu parsel yang dijual sangat bervariasi. Tergantung isian dan permintaan pelanggan.
"Parsel tertinggi itu pernah harganya sampai Rp 1,5 juta. Kalau paling murah Rp 100 ribu. Tergantung pesanan saja," ujarnya.
Dalam satu tahun, ia mengaku mengalami 3 kali kebanjiran order. Pada momen Imlek, Idul Fitri dan Natal. Namun pada hari biasa ia juga tetap melayani pesanan.
"Kalau lagi nggak momentum kaya gini ya tetap jualan, tapi ya pesanan saja. Nggak bikin setiap hari," terangnya.
Bahan parsel yang dijualnya selalu dicek tanggal kedaluwarsanya. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan dengan memberikan kualitas yang tidak baik.
"Kedaluwarsanya selalu tak cek barang datang. Aku nyetok saat Ramadan baru saja. Kita tetap menjaga kualitas sama pelanggan. Kita upayakan tepat waktu, pekerjaan kita fleksibel. Kita setiap harinya start jam 8 tapi nanti saat lembur itu tidak ditentukan sampai jam berapa. Kadang sampai tengah malam," ujarnya.
Dari pengalaman setiap tahunnya, pada saat mendekati hari raya ia selalu menolak pelanggan. Karena waktu dan bahan yang sudah sulit dicari.
"Tiap tahun itu saya selalu nolak pelanggan. Karena kehabisan keranjang juga. Kalau sudah mendekati hari H terus ada pesanan mendadak itu kita kerepotan buat cari kue kalengan. Karena kan banyak yang sudah habis ya," pungkasnya.
(aku/dil)