Cerita Penjual Bunga Asal Bandungan, Adu Nasib di Semarang Demi Uang Lebaran

Cerita Penjual Bunga Asal Bandungan, Adu Nasib di Semarang Demi Uang Lebaran

Afzal Nur Iman - detikJateng
Kamis, 29 Feb 2024 15:23 WIB
Pedagang bunga asal Bandungan, Hartini (47) saat berjualan di Jalan Pandanaran, Semarang.
Pedagang bunga asal Bandungan, Hartini (47) saat berjualan di Jalan Pandanaran, Semarang. Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng.
Semarang - Beberapa hari menjelang Ramadan, sejumlah penjual bunga musiman mulai berdatangan di Semarang. Beberapa dari mereka bahkan datang jauh-jauh dari Bandungan, Kabupaten Semarang.

Misalnya Hartini (47) yang sudah 2 tahun terakhir menjadi pedagang bunga musiman di Semarang.

Dia bisa ditemui di Jalan Pandanaran dekat lampu merah Taman Pandanaran. Di sana, dia duduk santai di bawah pohon sambil menjajakan bunga mawar yang sudah dikemas di dalam keranjang bambu.

Hartini datang bersama-sama lima pedagang bunga lainnya. Meski begitu, tiga orang lain memilih berjualan di dekat TPU Bergota.

"Biasanya jualan hari Minggu, ini hari Kamis ya nggak apa-apa, siapa tahu ada yang mau nyekar kan sudah Syaban," katanya saat ditemui detikJateng di lokasinya berjualan, Kamis (29/2/2024).

Di hari-hari biasa, Purwanti bekerja sebagai petani atau menjual gorengan. Hanya pada saat menjelang Ramadan dia mencoba mencari tambahan dengan berjualan bunga.

"Aku kadang jualan gorengan, kadang jualan bunga, nggak tentu ini kan mau puasa cari tambahan kalau bisa dapat untung buat lebaran," ujarnya.

Untuk menuju lokasinya berjualan, dia biasa berangkat menumpang truk sayur yang akan menuju ke pasar di Semarang dan pulang naik TransJateng. Dalam sehari dia bisa keluar uang untuk ongkos sebesar Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu.

"Habisnya Rp 50 ribu kan jauh naik ojek kadang dianter angkutan kalau bareng-bareng berlima gitu ada angkutan mau masuk sana nganter cuma Rp 35 ribu tapi orang lima tapi kalau sendiri ngojek," jelasnya.

Dia juga selalu mempersiapkan kebutuhan konsumsinya selama berada di Semarang. Bahkan untuk air minum juga ia bawa sendiri. Menurutnya, kalau harus membeli dia merasa berat.

Hartini bercerita, dirinya mulai menjadi penjual bunga sejak tahun 2022. Saat itu, dia menyebut banyak pedagang bunga yang mendapat hasil melimpah sehingga dia ikut-ikutan mencari peruntungan.

Sebab, masa-masa itu penghasilannya dari berjualan gorengan sedang berkurang. Padahal, dirinya harus menghidupi kedua anaknya sendirian.

"Suami sudah meninggal anak sudah dua yang satu sakit depresi, yang satu masih SMP kelas 3," ujarnya.

Dia juga bercerita bahwa berjualan bunga tak melulu bisa mendapat untung besar. Setiap hari, dia selalu berharap agar ada juragan yang memborong dagangannya agar bisa menutup modal.

"Dagang kembang itu nggak bisa diprediksi, kadang kalau kembangnya murah bisa dapat untung Rp 200 ribu (per hari) kalau ada yang borong, kalau rugi itu sering, nggak bisa diprediksi sih. Kalau kaya gini jualan kan modal Rp 400 ribu lah ini baru dapat uang Rp 230 ribu," paparnya.


(apl/cln)


Hide Ads