Dirut Bulog Ungkap Penyebab Harga Beras Naik di Pasaran

Dirut Bulog Ungkap Penyebab Harga Beras Naik di Pasaran

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Sabtu, 24 Feb 2024 21:45 WIB
Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat meninjau tempat penggilingan dan produksi beras di Ngawen, Blora,Β Sabtu (24/2/2024).
Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat meninjau tempat penggilingan dan produksi beras di Ngawen, Blora,Β Sabtu (24/2/2024). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng
Blora - Harga beras mengalami kenaikan di pasaran. Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menyampaikan penyebab harga beras naik.

Saat mengunjungi salah satu tempat penggilingan dan produksi beras lokal di wilayah Kecamatan Ngawen, Blora, Bayu awalnya menyinggung soal beras lokal.

"Ya ini stok sudah mulai banyak. Di wilayah Ngawen, Randublatung sudah mulai panen, Blora sudah panen. Ini produksinya sudah mulai ada. Beras-beras ini akan dijual ke retail modern dan juga ke pasar tradisional," kata Bayu saat ditemui awak media, Sabtu (24/2/2024).

Beras yang dimaksud merupakan beras lokal yang akan mengisi pasar dan harganya sesuai harga eceran tertinggi (HET). Pihak Bulog bekerja sama dengan swasta guna meningkatkan produksi.

"Kalau produksi-produksi lokal ini sudah mulai masuk ke pasar lagi maka insyaallah harganya akan menjadi normal. Sekarang terjadi harga mahal karena panen belum masuk, belum datang," jelasnya.

Menurutnya Blora termasuk salah satu lumbung pangan. Melihat banyaknya stok yang ada, Bayu yakin jangka waktu dekat harga beras akan normal kembali.

"Sekarang mungkin di beberapa tempat masih mahal, tapi melihat ini stok yang sedemikian banyak saya kira mudah-mudahan akan segera kembali normal," terang dia.

Dia memaparkan bahwa stok beras terbilang aman dan telah menjadi pemasok kebutuhan pasar. Dia mengakui adanya keterlambatan waktu panen menyebabkan tingginya harga beras. Dia juga akan impor namun juga memaksimalkan beras lokal.

"Impor kita akan lakukan untuk memperkuat stok, tapi yang paling penting adalah beras lokal. Yang paling penting adalah beras lokal masuk dulu ke pasar. Itu kuncinya. Dan sekarang sudah mulai banyak," ucapnya.

Menambahkan, Pemimpin Cabang Bulog Pati, Nur Hardiansyah menyampaikan stok beras di Karesidenan Pati ada 9 ribu ton dan mencukupi kebutuhan di bulan Ramadan. Selain itu, menghadapi Hari Raya Idul Fitri, dia juga mempersiapkan kebutuhan Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

"Jadi nanti kebutuhan bahan pangan bulan Februari dan Maret sudah cukup. Kebutuhan SPHP kota sudah mempersiapkan untuk kebutuhan menjelang Ramadan dan Idul Fitri," ucap Nur.

Dia juga menyebut panen raya di bulan Maret akan melakukan pengadaan dalam negeri untuk kebutuhan bulan berikutnya. Nur juga menyampaikan mundurnya panen menyebabkan harga beras naik.

"Harga beras mahal itu sebetulnya efek dari el nino tahun kemarin. Yang harusnya akhir Februari atau awal Maret sudah panen ini mundur 1 atau 2 bulan. Stok masyarakat sebetulnya cukup, cuma pas-pasan. Tapi tidak kurang," jelasnya.

Dia bekerja sama juga dengan mitra swasta berfungsi menyalurkan dan menyebarkan beras Bulog. Saat pengadaan, Usaha Dagang (UD) membantu melakukan pengadaan dalam negeri yang menyerap dari petani lokal. Nur menyebut HET beras medium saat ini Rp 10.900 dan HET beras premium yaitu Rp 13.900.

"(Beras) Stoknya aman sampai 2 bulan ke depan. Harapan kami sudah mulai turun harganya, baik harga gabah di tingkat petani maupun di tempat penggilingan sudah mulai berangsur-angsur turun. Akan mendekati normal saat panen raya di bulan Maret dan April," jelasnya.


(rih/rih)


Hide Ads