Petani Klaten Babat Padi buat Pakan Sapi gegara Hama Tikus-Burung Pipit

Petani Klaten Babat Padi buat Pakan Sapi gegara Hama Tikus-Burung Pipit

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 07 Feb 2024 10:33 WIB
Tanaman padi di Klaten. Foto diunggah Rabu (7/2/2024).
Tanaman padi di Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Petani di beberapa wilayah di Kabupaten Klaten gagal panen akibat serangan hama tikus ditambah burung pipit. Petani yang kewalahan memilih membabat tanaman padinya untuk pakan sapi.

"Kalau dipanen buat apa wong tidak ada gabahnya. Ya dibabat untuk pakan sapi," ungkap salah satu petani Desa Bulurejo, Kecamatan Juwiring, Sumar saat ditemui detikJateng di sawahnya, Rabu (7/2/2024).

Menurut Sumar, karena tidak ada isinya, tanaman padi diserahkan kepada siapa pun yang mau untuk pakan. Biasanya padi dibabat rombongan pencari pakan luar kota yang membawa truk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya ada yang cari pakan bawa truk. Satu patok padi paling dikasih Rp 100.000-Rp 150.000, daripada nggak dapat apa-apa," terang Sumar.

Sumar menyatakan serangan tikus datang bersama dengan burung pipit membuat petani kewalahan. Banyak petani gagal panen dan sawahnya terbengkalai tidak digarap.

ADVERTISEMENT

"Banyak sawah yang tidak digarap. Yang digarap pun saat mulai berbuah, di bawah diserang tikus dan di atas diserang burung pipit," katanya sambil menunggui pencari pakan membabat padinya.

Untuk mengatasi tikus, jelas Sumar, petani biasanya gropyokan. Tapi untuk mengatasi burung pipit tidak ada cara yang manjur.

"Tidak ada obatnya, burung kalau nyerang pagi, siang, sore jumlahnya ratusan sekali datang. Cara mengatasi dipasang krodok atau penutup tapi sewanya mahal Rp 800.000-Rp 1 juta, petani sudah tidak kuat," imbuh Sumar.

Salah satu petani di Desa Bakungan, Kecamatan Karangdowo, Joko Sutarno mengatakan mengatasi burung pipit efektif dengan krodok tapi biaya mahal. Cara lainnya tidak efektif.

"Tindakan lainnya tidak ada hasilnya cuma capek dikejar ke barat nanti timur diserang. Ada 25 hektare itu sebagian besar gagal panen tikus dan burung pipit," ungkapnya kepada detikJateng.

Menurut Joko, serangan serupa terjadi di desa lainnya seperti Demangan, Pugeran, Karang Talun, dan lainnya. Serangan burung pipit menjadi penderitaan petani.

"Beaya garap mahal, pupuk mahal, gagal panen pula, komplit penderitaan petani," imbuh Joko.

Sementara itu, Ketua Gapoktan di Kecamatan Juwiring, Agus Sriyono menyatakan burung pipit sama dengan tikus sebagai hama musiman. Tapi tahun ini serangan lebih parah dari tahun lalu.

"Ini lebih parah dari tahun lalu, ini ratusan petak gagal panen. Dengan berkurangnya tanaman padi akibat gagal panen karena tikus, burung pipit semakin ganas, ya karena banyaknya lahan mangkrak," kata Agus kepada detikJateng.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo menyatakan serangan tikus luasnya 22 hektare, tetapi lahan tidak digarap tak dihitung. Untuk burung pipit, tidak didata khusus.

"Untuk burung pipit, tidak didata khusus. Imbauannya ya tanam serentak," jawab Lilik saat dimintai konfirmasi detikJateng.




(rih/dil)


Hide Ads