Budaya membatik di Kota Solo terus berkembang. Batik yang selama ini identik untuk busana kini mulai disilangkan dengan kesenian lain hingga kini muncul katya karikatur batik.
Karikatur batik dikembangkan oleh Markus Djoko Sukristiyanto (49), pembatik sekaligus seniman dari gerai Batik Mahkota Laweyan. Dia sudah belasan tahun menggeluti karikatur batik.
PAda awalnya, Markus telah menggeluti dunia seni rupa dengan membuat karya karikatur. Dia lantas berinisiatif untuk menggunakan proses membatik dalam membuat karyanya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau karikatur banyak, kalau batik karikatur ya baru ini. 2011," kata Markus saat ditemui di tempat kerjanya, Selasa (23/1/2024).
Sambil mencanting, pria kelahiran 1974 itu berkisah bahwa dulunya ia hanyalah mahasiswa jurusan Kriya Seni yang tidak tertarik dengan batik sama sekali. Menurutnya saat itu, proses pembuatan batik cenderung ribet dan membuatnya tidak tertarik.
"Dulu sempat kuliah juga di STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia), sekarang ISI. Dulu D3, padahal dulu waktu kuliah nggak suka batik. Tahun 1998 itu lulus, terus saya menggeluti batik itu tahun 2008," tuturnya.
Saat berada di tahap mencari kerja itu, Markus mengaku sebenarnya tidak memiliki minat sama sekali dengan dunia batik. Namun, selaras dengan ungkapan di bahasa Jawa gething nyanding, yang berarti yang dibenci nantinya akan bersandingan, Markus juga ternyata berjodoh dengan pembuatan batik.
![]() |
Akhirnya ia pun memiliki ide untuk mencoba menggambar karikatur menggunakan media batik tulis.
"Kebanyakan seni yang dituangkan oleh seniman itu kan lewat kanvas, lewat kertas, saya coba bagaimana kalau buat dari batik. Itu kan penggabungan dua budaya, budaya wayang, sama batik," ujar ya.
Markus mengatakan, ia membuat karikatur batik tulis sesuai pesanan. Sebagian besar pemesan meminta untuk dibuatkan batik karikatur dengan ukuran 55 x 55 cm.
"Bedanya ini kan dituangkan di kain batik, alatnya juga pakai malam lilin gitu, jadi kan batik itu nggak cuma untuk motif-motif baju, bisa untuk dipajang," ungkapnya.
Markus mengaku tak ada kesulitan yang dialaminya, tetapi tahap terlama adalah ketika mencari warna yang pas untuk mewarnai gambar wajah sosok yang digambar.
Meski proses pembuatannya cukup sulit, karikatur batik itu tidak seberapa mahal. Dia biasa menjual kepada pemesannya dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
(ahr/ahr)