Sejarah Stasiun Solo Jebres, Salah Satu Cagar Budaya di Kota Liwet

Sejarah Stasiun Solo Jebres, Salah Satu Cagar Budaya di Kota Liwet

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 26 Nov 2023 13:04 WIB
Members of the media work at the site of a train accident in which workers were killed, in Brandizzo, Italy, August 31, 2023. REUTERS/Massimo Pinca
Ilustrasi. Foto pekerja kereta api. Simak di sini informasi sejarah Stasiun Solo Jebres, salah satu cagar budaya di Kota Liwet. (Foto: REUTERS/MASSIMO PINCA)
Solo -

Kota Solo atau yang juga dikenal dengan Kota Liwet memiliki beberapa stasiun kereta api, antara lain Solo Balapan, Purwosari, Solo Jebres, dan Solo Kota. Tahukah kamu kalau Stasiun Solo Jebres ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya?

Stasiun yang beralamat di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Purwodiningratan, Kecamatan Jebres, ini memang tidak sepopuler Solo Balapan. Meski begitu, stasiun ini dahulu sempat menjadi pusat perjalanan kereta api di Pulau Jawa.

Ingin tahu lebih dalam tentang sejarah dan kemegahan arsitektur Stasiun Solo Jebres, Lur? Mari simak penjelasan yang detikJateng himpun dari laman resmi Pemkot Solo dan Portal Informasi Indonesia berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Stasiun Solo Jebres

Stasiun Solo Jebres, dulunya dikenal sebagai Stasiun Soerakarta. Pembangunannya dilakukan pada tahun 1880 di Purwodiningratan, Jebres, Kota Solo.

Awalnya, stasiun ini menjadi pusat transportasi utama di Solo yang melayani kereta api kelas ekonomi, eksekutif, dan campuran. Kereta-kereta tersebut beroperasi pada jalur lintas utara dan selatan Pulau Jawa.

ADVERTISEMENT

Stasiun ini juga digunakan sebagai fasilitas transportasi keluarga Keraton Kasunanan. Meskipun sejak 1 Februari 2014 tidak lagi menjadi titik awal dan akhir perjalanan, Stasiun Solo Jebres tetap menjadi pemberhentian bagi kereta api penumpang yang melintas jalur lintas tengah Jawa.

Desain Arsitektur yang Megah

Bangunan Stasiun Solo Jebres mencerminkan arsitektur Indische Empire dengan sentuhan Neoklasik dan Art Nouveau. Fasad bangunan utama menonjolkan detail-detail Neoklasik, seperti jalusi, ornamen, dan teralis.

Sementara langgam Art Nouveau tercermin pada elemen-elemen seperti jendela dan ventilasi udara berbentuk setengah lingkaran. Dengan struktur simetris yang kuat, stasiun ini menampilkan pintu masuk yang tinggi, langit-langit setinggi hampir 6 meter, dan fasad segitiga yang megah.

Seluruh bangunan memberikan kesan megah dan mengingatkan pada bangunan khas kerajaan dengan warna merah muda yang kontras dengan warna merah bata.

Stasiun Solo Jebres Diakui sebagai Cagar Budaya

Stasiun Solo Jebres diakui sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surakarta dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Penetapan ini didasarkan pada nilai sejarah, kekayaan, dan keindahan arsitektur masa lampau yang masih terjaga baik.

Revitalisasi pada tahun 2010 oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan KAI bertujuan untuk mempertahankan struktur bangunan tanpa mengubah keseluruhan desain aslinya.

Dengan keunikan arsitektur dan posisinya yang strategis di pusat kota, Stasiun Solo Jebres terus menjadi daya tarik sebagai saksi bisu masa lalu Kota Solo.

Jika ingin menyaksikan langsung kemegahan Stasiun Solo Jebres, detikers bisa menaiki KA Brawijaya, Brantas, Majapahit, Matarmaja, atau Commuter Line relasi Jogja-Palur dan memilih stasiun ini sebagai tujuan akhir.




(par/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads