Ruko depan Pasar Juwana yang dulu dikenal sebagai pusatnya pedagang VCD bajakan di Pati kini tinggal menyisakan tiga kios saja yang masih aktif. Meski mengaku sepi pembeli, mereka masih bertahan. Begini kisahnya.
Musik dangdut mengalun keras saat detikJateng bertandang ke ruko depan Pasar Juwana, Selasa (3/10) lalu. Pada tahun 2000-an silam, kawasan ini banyak terdapat pedagang VCD bajakan. Kini tinggal tiga kios saja.
Tiga kios tersebut tidak cuma menjual kepingan VCD, tapi juga menyediakan masker, rokok, minuman ringan, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu penjual VCD bajakan, Triman (54) mengaku berjualan sejak tahun 1990-an. Seiring dengan berkembangnya internet dan teknologi komunikasi, penjualan VCD bajakan di kiosnya mulai lesu.
Triman mengaku kini dalam sehari paling banter hanya menjual lima keping VCD bajakan. Itu pun tidak setiap hari ada orang yang membeli.
"Kaset VCD sekarang sepi banget. Semula saya hanya jualan kaset, tapi sekarang saya isi berbagai macam aksesoris lain karena butuh masukan," kata Triman kepada detikJateng, Selasa (3/10/2023).
VCD bajakan di kios Triman cukup beragam. Mulai dari film, dangdut, campursari, hingga kesenian ketoprak lokal di Pati. Harga per kepingnya Rp 10 ribu.
![]() |
Pembelinya Tinggal Anak Buah Kapal
"Orang rumahan (pembelinya), satu dua biji sehari, tidak sampai lima biji," ucapnya.
"Kalangan kapal-kapal itu (anak buah kapal) yang beli, ya (VCD) film, dangdutan," Triman melanjutkan.
Pada tahun tahun 2000-an, Triman mengaku bisa menjual 100 keping VCD bajakan sehari.
"Waktu itu buat makan sudah bagus, jual kaset saja cukup. Dulu 100 keping kaset bisa, sekarang sepi sekali, tidak bisa dibanggakan," ujarnya.
Senada dikatakan penjual VCD bajakan lainnya, Agus (45). Menurutnya, warga kini lebih memilih menonton video lewat YouTube.
"Kalau sekarang banyak di rumah-rumah tv-nya bisa dipakai YouTube, lebih mudah daripada harus beli VCD," kata Agus kepada detikJateng.
Agus menjelaskan, pedagang VCD bajakan di sekitar Pasar Juwana Baru mulai berkurang drastis sejak tahun 2020-an.
"Sekarang tinggal tiga kios saja. Sepi banget, paling yang beli kapal (ABK)," pungkasnya.
(dil/apl)