Sungai Dengkeng Mengering, Warga Klaten Panen Tanah Ladu

Sungai Dengkeng Mengering, Warga Klaten Panen Tanah Ladu

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Selasa, 03 Okt 2023 17:07 WIB
Warga Klaten mengeruk sedimentasi di Sungai Dengkeng, Selasa (3/10/2023).
Warga Klaten mengeruk sedimentasi di Sungai Dengkeng, Selasa (3/10/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Sungai Dengkeng di Kabupaten Klaten beserta anak-anak sungainya mengering memasuki puncak musim kemarau. Mengeringnya sungai terbesar di Klaten yang juga hulu Sungai Bengawan Solo itu dimanfaatkan warga untuk mencari pasir dan tanah.

"Ya diambil pasir ladunya untuk tanah uruk, untuk campuran pembuatan genteng atau untuk tanaman. Satu colt (pikap) penuh itu Rp 130.000," ungkap Kiswandi (60) warga Dusun Posakan, Desa Cawas, Kecamatan Cawas kepada detikJateng, Selasa (3/10/2023) siang.

Menurut Kiswandi, dirinya sudah belasan tahun memanfaatkan sedimen Sungai Dengkeng saat kering. Sedimen yang tingginya sampai dua meter itu dikeruk manual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dikeruk pakai cangkul. Sehari kadang ya cuma satu rit, kadang juga tidak dapat," kata Kiswandi.

Di alur Sungai Dengkeng di bawah bendung Tukuman, ucap Kiswandi, dirinya bersama tujuh warga lain setiap pagi sampai sore mengeruk sedimen. Semakin hari mengeruk endapan semakin susah.

ADVERTISEMENT

"Sekarang susah karena sungai banyak sampah. Kadang belum selesai sudah datang banjir," imbuh Kiswandi.

Selain Sungai Dengkeng, beberapa anak sungainya pun mulai mengering. Sungai Jaran dan Sungai Gamping bahkan sedimen dasarnya sudah pecah-pecah mengering.

Di Sungai Jaran yang mengalir ke perbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, warga juga memanfaatkan sedimennya. Salah satunya, Tukimin (58) warga Desa Bawak, Kecamatan Cawas.

"Diambil tanah ladunya untuk uruk tanaman, media tanam sama campuran genteng. Ini anak Sungai Dengkeng cabangnya di Bendung Talang," kata Tukimin kepada detikJateng di lokasi.

Dengan alat linggis besi, Tukimin mengaku memanfaatkan tanah sedimen sungai untuk menambah pendapatan. Sebab untuk bertani sudah tidak ada air.

"Sudah tak ada air, paling tanaman jagung. Sawah tidak digarap karena tidak ada air, dipompa juga tidak keluar, sungai pun sudah kering," imbuh Tukimin.

Menurut Tukimin untuk memanfaatkan sedimen sungai juga izin petugas. Sedimen boleh diambil tetapi yang diutamakan di bagian tengah sungai saja.

"Hanya yang bagian tengah, ke pinggir boleh tapi jangan terlalu pinggir dekat pondasi. Khawatirnya tembok kena sehingga bahaya jika banjir," pungkas Tukimin.

Koordinator Pengawas Sungai Wilayah Klaten Balai Besar Sungai Wilayah Bengawan Solo (BBSWBS) Alung Prasaja Utama menyatakan pihaknya juga melakukan normalisasi dengan mengeruk sedimen di beberapa lokasi.

Hal tersebut dilakukan bersamaan dengan kondisi sungai yang mengering sebagai antisipasi banjir di musim penghujan.

"Di Desa Krikilan dan Beluk, Kecamatan Bayat untuk sungai Dengkeng. Sungai Jaran di Desa Tugu dan Nanggulan," jelas Alung kepada detikJateng.




(ahr/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads