India Setop Ekspor Beras, Indonesia Pede Tak Terdampak

India Setop Ekspor Beras, Indonesia Pede Tak Terdampak

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Rabu, 20 Sep 2023 19:40 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Mensesneg Pratikno dan Dirut Bulog Budi Waseso, saat mengunjungi gudang Bulog Sukoharjo, Rabu (20/9/2023).
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Mensesneg Pratikno dan Dirut Bulog Budi Waseso, saat mengunjungi gudang Bulog Sukoharjo, Rabu (20/9/2023). (Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Sukoharjo -

India mengeluarkan kebijakan larangan ekspor beras non-basmati ke negara lain, akhir Juli lali. Larangan eskpor beras ini diyakini tak begitu berpengaruh ke Indonesia.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan stok beras di Bulog masih aman. Bahkan Bulog sudah memenuhi target cadangan beras sebesar 2 juta ton.

"Indonesia tidak banyak mengambil dari India. Pada saat India melakukan ban (larangan), itu tidak ada pengaruh yang terlalu besar untuk kita. Bulog sudah siapkan 2 juta ton yang ditugaskan Pak Presiden," kata Arief kepada awak media saat ditemui di Gudang Bulog Sukoharjo, Rabu (20/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog ini akan mengendalikan harga beras di pasaran. Kebutuhan beras di pasar tradisional dan modern akan dipenuhi oleh Bulog untuk menekan harga.

Dia menegaskan, masyarakat tak perlu khawatir mengenai stok pangan di musim kemarau panjang ini, sehingga tidak perlu melakukan panic buying. Di sisi lain, pihaknya juga tengah mengkampanyekan tidak boros pangan.

ADVERTISEMENT

"Harga gabah di petani di atas Rp 7 ribu, harga jagung Rp 5.800. Harga gabah dalam tiga bulan terakhir dalam setiap tahun produksinya memang di bawah, sehingga akan meningkat GKP (Gabah Kering Panen). Jika harga GKP Rp 7 ribu, memang harganya (beras) akan di harga Rp 14-15 ribu. Sehingga Pak Presiden memerintahkan untuk SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), harganya sampai ke konsumen Rp 10.900," ucapnya.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menambahkan terkait harga beras sendiri masih bergantung pada hukum ekonomi. Jika supply-nya mencukupi kebutuhan demand, maka stabilisasi harga beras bisa dilakukan.

"Pemerintah terus bekerja keras untuk meningkatkan stok, dan mendistribusikan kepada masyarakat. kita terus guyur beras ke pasar modern dan tradisional, ada packing beras di bawah harga pasar, dan bantuan kepada keluarga penerima manfaat masing-masing 10 kilogram per bulan selama tiga bulan untuk 21,3 juta keluarga total yang disediakan berasnya 640.000 ton secara nasional," kata Pratikno.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan penggelontoran bantuan beras terus dilakukan untuk mengendalikan harga beras. Selain itu, pihaknya pekan depan akan meminta bantuan masing-masing pemerintah daerah (pemda) untuk menyalurkan beras, atau menjual beras SPHP di wilayah masing-masing.

"Sehingga dengan sendirinya akan masif. Kalau ini terjadi, secepat mungkin akan segera turun harganya. Apalagi stok penugasan Bulog yang 2 juta ton sudah clear, hanya tinggal beberapa kedatangan saja," kata Budi.




(aku/ahr)


Hide Ads