Sandal refleksi bikinan Ade Kurniawan (22) warga Dusun Ngaliyan, Kalurahan Ngargosari, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, ini terbilang unik. Alih-alih menggunakan kayu atau karet, Ade justru memanfaatkan limbah jagung sebagai bahan utamanya. Seperti apa wujudnya?
Deru mesin pengamplas kayu memecah keheningan di Dusun Ngaliyan, Kalurahan Ngargosari, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo. Suara ini bersumber dari bengkel kerajinan milik Ade Kurniawan.
Siang itu Ade memang sedang disibukkan dengan banyaknya pesanan sendal refleksi yang baru-baru ini dibuatnya. Banyak konsumen yang berminat dengan sandal ini lantaran wujudnya yang unik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade membuat sandal ini dengan memanfaatkan tongkol jagung. Tongkol jagung yang biasanya dibuang atau untuk pakan ternak itu dia haluskan dan dipotong kecil-kecil untuk selanjutnya dijadikan alas sandal refleksi.
"Memanfaatkan limbah yang ada biar lebih bermanfaat," kata Ade saat ditemui di rumahnya, Minggu (16/7/2023).
Ade mengatakan ide pembuatan sandal refleksi berbahan tongkol jagung ini berawal dari keresahannya saat melihat banyak tongkol jagung yang jarang dimanfaatkan. Biasanya tongkol jagung itu hanya dimusnahkan atau untuk pakan ternak.
![]() |
"Awalnya lihat ibu setelah panen langsung membakar tongkol jagung. Daripada dibuang, saya coba mengolah tongkol tersebut siapa tahu bisa bermanfaat. Hingga akhirnya tercipta aneka kerajinan tangan dari tongkol jagung, salah satunya sandal terapi ini," jelasnya.
Ade memulai usahanya dengan membeli tongkol jagung dari para petani. "Jadi tongkol ini tidak kami peroleh cuma-cuma. Kami juga bantu temen-temen petani agar punya penghasilan tambahan dari menjual tongkol jagung," ujarnya.
Selanjutnya, tongkol jagung dibersihkan dan dikeringkan selama 3-5 hari lalu dihaluskan menggunakan mesin pengamplas. Kemudian tongkol jagung dipotong kecil-kecil sekitar 1 cm.
"Potongan kecil ini selanjutnya ditempel satu-satu sehingga nanti bisa berwujud sandal refleksi. Kami juga kombinasikan dengan bahan-bahan serat alam sebagai penutup sandalnya," jelasnya.
Dibanderol dengan harga Rp 40-60 ribu per pasang, Ade mengklaim sandal ini ampuh melancarkan peredaran darah dan mengurangi stress.
Soal ketahanan, Ade menyebut sandal ini cukup awet. Jika digunakan di luar ruangan, sandal ini dapat bertahan setidaknya hingga 6 bulan. Sedangkan jika dipakai di dalam ruangan mampu bertahan satu tahun lebih.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Di luar ruangan tahan 3-6 bulan. Kalau di dalam bisa lebih dari 1 tahun. Ini juga tergantung perawatannya," ujarnya.
Ade mengatakan sandal refleksi ini cukup digemari konsumen. Terutama para pembeli berusia lanjut yang ingin menggunakannya sebagai media terapi.
"Rata-rata konsumen lansia, buat terapi gitu," ujarnya.
Sandal tongkol jagung hanyalah satu dari puluhan kerajinan tangan berbahan baku serupa bikinan Ade. Setidaknya ada 40 produk olah karya tongkol jagung yang dibuatnya, dari gantungan kunci, cerutu, lukisan, wall decor 3D hingga furnitur seperti meja dan kursi.
Salah satu karya Ade, yaitu wall decor 3D dinyatakan lolos Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) tingkat nasional. "Nanti akan dilombakan di Aceh," ujar mahasiswa UNY tersebut.
Salah satu konsumen, Putri Triya Permata (20) mengaku datang dari Riau untuk berbelanja sandal refleksi bikinan Ade.
"Sampai sini pas saya lihat bagus banget, dari tongkol jagung. Saya beli dua pasang, satu buat Mbah dan satu buat saya," ucapnya.
Triya juga kepincut dengan wall decor 3D dari tongkol jagung. Dia pun memutuskan membeli barang itu sebagai pajangan kamar.
(dil/ahr)